"Lo lagi marahan sama doi?" tanya Aru saat di meja makan. Ia pasti mencium gerak-gerik Sugus yang sejak kemarin terkesan perang dingin padaku.
"Tau tuh nggak jelas. Dari kemarin dia diemin gue."
Wajar saja Aru bertanya seperti itu. Karena Sugus tidak memakan sandwich buatanku. Padahal jelas-jelas ia sendiri yang pernah berkata kalau mubazir itu temannya setan, dan sekarang ia yang berlaku demikian. Daripada mubazir, sandwich jatahnya Sugus aku makan saja.
Tadi pagi juga saat aku keluar kamar, kami berpapasan. Ia juga keluar dari kamar Aru. Tapi ia seolah tidak melihatku. Dari situ aku menebak kalau semalam Sugus tidur di kamar Aru.
"Semalam doi nanyain Alan ke gue."
Hampir saja roti yang sedang aku kunyah ini mental keluar karena ucapan Aru barusan. Aku meminum susu lantas berkata, "Na...nanyain gimana maksudnya?"
"Ya nanyain tentang kalian. Terutama hubungan kalian sejauh apa. Gue kira doi nggak tau tentang Alan."
Aku mendengkus. "Lo tau kan kalau gue trauma sama gudang. Gue pernah dikunciin di gudang ndalem dan gue pingsan. Nah waktu pingsan itu gue sebut nama Alan."
"Terus doi nanya siapa Alan?" tanya Aru dan aku mengangguk. "Lo jawab apa?"
"Ya gue bilang aja kalo Alan itu pacar gue."
Aru menepuk jidatnya sendiri. "Gue heran deh sama lo, Sas. Ngaku doang pinter, tapi soal begini aja nggak ngerti."
"Ya emang kenyataanya gue pinter."
Aru hampir saja melempar aku dengan potongan roti di tangannya, namun karena aku pintar ngeles, roti itu tidak kena ke badanku.
"Gue rasa doi jealous deh," celetuk Aru.
"Jangan ngaco deh kalo ngomong!" Kali ini gantian, aku yang melempar potongan kecil roti ke arahnya. Untung saja bunda tidak ada. Bunda Cintaku itu bersama Umi sedang menjaga Abi. Dan ayah tidak pulang karena ada pasien due date.
"Itu kan dulu, Ru, waktu gue sama dia baru nikah. Sekarang hubungan gue sama Gus udah baik-baik aja, udah mesra mesraan layaknya hubungan suami istri juga."
"WHAT LO UDAH....?"
"Nggak usah salfok deh Ru. Disini poinnya adalah belakangan ini hubungan gue sama doi ya baik-baik aja. Jadi pendapat lo yang bilang doi diemin gue karena Alan itu ngaco banget."
"Ya gue kan cuma nebak aja."
"Lagi juga gue udah putus sama Alan," lirihku.
Aru terkejut, "Kapan?"
"Gue nggak yakin sih, itu dibilang putus atau nggak. Yang jelas sekarang Alan udah tau tentang status gue."
"Terus reaksinya gimana?"
"Ya jelas nggak terima lah!"
"Wajar sih kalau Alan nggak terima. Lo masih ceweknya dia malah nikah sama orang. Tapi sekarang lo juga harus jaga perasaan suami lo. Au dah complicated banget hidup lo!" Aru bangkit dari duduknya berniat meninggalkan meja makan. "Beresin tuh bekas sarapannya."
"Kurang asem lo! Ini kan jadwal lo buat beres-beres."
"Tiap hari gue beres beres selama lo di pesantren, Sas!"
Aru langsung menghilang meninggalkanku sendiri. Memang tidak setiakawan tuh anak. Padahal siapa yang dulu menemani dia sewaktu di rahim bunda kalau bukan aku?
Aku membereskan sisa-sisa sarapan kami, dengan berat hati tentunya. Kalau dipikir-pikir hari ini Aru tidak ngapa-ngapain, mulai dari sarapan hingga membereskan meja makan dikerjakan olehku. Awas saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Gus
Spiritual⚠ AWAS BAPER! ⚠ Religi - Romance Karena kesalahan yang sangat fatal, Sashi harus mendapat hukuman dikirim ke pesantren. Bagi Sashi pesantren seperti penjara yang menyedot habis kebebasannya. Dia harus memutar otak bagaimana supaya bisa keluar dari p...