Duarrr!
Kilat dan petir menyambar disertai angin tofan yang meluluhlantakkan hatiku saat mendengar ucapannya.
Bagaimana mungkin dia secepat itu mengambil kesimpulan akan menikahiku? Hanya karena melihat auratku dia rela terikat seumur hidup dengan orang yang belum dikenalnya? Otak jeniusku yang pernah juara olimpiade matematika ini nggak bisa menerima logika si sugus itu. Benar-benar nggak masuk akal!
"Sashi nggak setuju!" tolakku langsung.
Semua mata sontak memandang ke arahku. "Kenapa?" tanya sugus.
"Sashi nggak bisa nikah sama cowok yang nggak Sashi cintai."
"Cuma itu?"
Cuma itu dia bilang? Dari nadanya terkesan meremehkanku. "Iya."
"Cinta bisa datang setelah pernikahan," ucapnya kemudian dengan wajah yang kaku. Nggak pantas banget bicara tentang cinta dengan ekspresi otot-otot wajah yang mati rasa.
Umi dan Pak Kiayi mengangguk dan membenarkan ucapannya. "Itu benar Sashi, Umi dan Pak Kiayi saja menikah karena perjodohan tanpa ada cinta diantara kami. Tapi alhamdulillah bisa langgeng sampai sekarang."
Laaah itukan Umi dan Pak Kiayi. Jangan samakan aku dengan sugus dong. Bagaimana kalau dia bukan cowok bertanggung jawab dan bisa seenaknya memperlakukan aku? Semesta tolong bantu aku melewati semua ini.
"Saya sangat menghormati wanita Sashi," ujar sugus lagi sambil menatap ke arahku. Mendadak tubuhku seperti disiram air es seember, kaku. "Sedikit banyaknya saya sudah melihat tubuh kamu. Dan juga saya nggak tahu, sewaktu saya tidur, sejauh apa saya menyentuh kamu."
Iya juga sih. Jangan-jangan dia sudah grepe-grepe aku kemana-mana. Huaaah aku sudah kotor! Alan, apa kamu masih terima aku?
"Yang sangat dirugikan adalah pihak wanita kalau sampai terjadi sesuatu pada kalian," sambung Pak Kiayi.
Bagaimana ini semesta? Tolong jangan bercanda denganku, aku tidak suka. Aku tidak suka bercanda semesta!
"Sepertinya Sashi nggak akan menerima, Abi. Yasudah yang penting saya sudah menawarkan tanggung jawab. Kalau misalkan sampai ada sesuatu dengan dia, saya nggak akan-"
"Apa-apaan sugus! Jangan lepas tanggung jawab gitu dong." Aku menutup mulut, tanpa sengaja sudah bicara kencang di depan Umi dan Pak Kiayi. "Maaf Sashi kelepasan," lirihku. "Gus harus tanggung jawab."
"Cuma itu tanggung jawab yang saya tawarkan. Tapi sepertinya kamu tidak tertarik," sambung Gus.
Semesta apa nggak ada lagi pilihan lain? Aku sangat tersudut dan nggak tahu harus bagaimana.
"Baik kalau gitu, Sashi mau tapi ada syaratnya," putusku akhirnya. Lagi-lagi aku menjadi pusat. Semua pandangan tertuju kepadaku.
"Apa syaratnya?"
"Pernikahan ini harus disembunyikan. Sashi nggak mau ada yang tau selain keluarga ndalem."
Semoga saja dia nggak menerima. Semoga saja dia menawarkan jenis tanggung jawab yang lain. Semesta, aku mohon untuk kali ini saja berpihaklah kepadaku.
"Tapi yang namanya pernikahan itu harus diumumkan, Sashi." Umi membuka suaranya lagi. "Takut ada fitnah."
Aku melirik sugus, ekspresi wajahnya tetap datar. Aku kan jadi nggak bisa menebak-nebak apa yang ada di pikirannya.
"Sashi malu kalau sampai ada yang tahu, kan Sashi masih sekolah."
"Baiklah," ucap sugus. Dia menarik napasnya sebelum berbicara lagi. Semoga saja dia nggak setuju dengan persyaratanku. "Saya terima persyaratannya." Amsyong! "Status pernikahan akan disembunyikan." Umi mau menyela, tapi sugus kembali berucap. "Setidaknya sampai Sashi lulus sekolah dan usianya sudah cukup menurut undang-undang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Gus
Spiritual⚠ AWAS BAPER! ⚠ Religi - Romance Karena kesalahan yang sangat fatal, Sashi harus mendapat hukuman dikirim ke pesantren. Bagi Sashi pesantren seperti penjara yang menyedot habis kebebasannya. Dia harus memutar otak bagaimana supaya bisa keluar dari p...