Sugus Mau Poligami (2)

119K 10.4K 640
                                    

"Sashi!!"

Langkahku terhenti saat seseorang memanggil namaku. Aku mengedarkan pandangan ke segala arah, namun tak juga kutemukan siapa si empunya suara itu.

"Sstt Sashi, di sini." Sekali lagi ia memanggil dengan setengah bisik-bisik. Ternyata orang itu berada di balik dinding gedung asrama.

"Ada apa, Gus?" tanyaku saat menghampirinya. Namun Sugus segera menarik lenganku agar keberadaan kami tidak diketahui oleh siapapun.

Karena memang semua santriwati sedang berkumpul di lapangan. Ada doa bersama serta memberikan restu padaku dan teman-teman yang mengikuti olimpiade hari ini.

Sebenarnya namaku juga sudah dipanggil berkali-kali melalui speaker. Ya mau bagaimana lagi, bayi besar yang tidak ingat uban ini sedang menyanderaku.

"Ada apa sih, Gus? Itu nama Sashi udah dipanggilin," ucapku dengan ngegas. Bodo amat deh kalau Sugus merasa tersinggung karena nada suaraku meninggi, jelas-jelas ia yang salah menyembunyikanku di tempat ini.

Tapi bukannya marah Sugus malah memperlihatkan lengkungan sabit di wajahnya. Dari hari ke hari kurasa semakin manis, seperti julukanku padanya. Sugus.

Astahfirullah, aku ini mikir apa, sih? Itukan merk permen.

Harusnya pemilik brand itu memberikan royalti padaku. Karena sudah menyebutnya berkali-kali.

"Saya menunggumu semalam, tapi kamu malah nggak ke ndalem."

Aku memang tidur di asrama semalam. Takut saja kalau teman-teman curiga aku menginap terlalu lama di ndalem. Untung saja keadaan Sugus sudah membaik, jadi bisa aku tinggal.

"Ya kan takut temen Sashi curiga, Gus." Ku utarakan kekhawatiranku padanya. Tapi jawabannya malah menyebalkan.

"Ya kalau gitu umumkan saja pernikahan kita ini." Sugus menutup mulutnya saat mataku ini membesar. Mencoba membesar lebih tepatnya. Sepertinya yang Sugus lihat biasa-biasa saja, karena mataku kan sipit.

"Hmm Sashi." Sugus mengeluarkan suara lagi. Ditambah dengan gerakan yang aneh sekali menurutku. Berulang-ulang ia menggaruk tengkuknya, atau memainkan kaki, atau menggerakkan tubuhnya. Seperti sedang salah tingkah.

"Iya?"

"Hhmm anu," ucapnya. Kali ini Sugus kembali menggaruk tengkuknya. Dilihat dari gelagatnya Sugus seperti abege puber yang ingin nembak cewek saja. Dulu sewaktu menembakku, Alan saja tidak bertingkah aneh macam Sugus ini. "Peluk boleh?"

Heee apa-apaan Sugus minta peluk. Kalau nantinya aku digrepe-grepe lebih jauh kan bahaya. "Boleh Gus." Loh loh loh, sepertinya otak dan bibirku ini sedang korslet deh. Keduanya nggak sinkron.

Akhirnya aku hanya bisa pasrah ditarik ke dalam dekapan Sugus. Dapat kudengar bunyi degupan jantungnya yang bertalu-talu mirip beduk lebaran. Sepertinya karena sudah tua Sugus punya penyakit jantung deh, karena setiap memelukku penyakitnya itu selalu kambuh. Jantungnya melompat-lompat lebih kencang berkali-kali lipat.

"You can do it," bisiknya seraya mengelus belakang kepalaku. "Kalau kamu menang saya punya hadiah buat kamu."

Sontak aku mengangkat kepala. Wajah Sugus dari bawah sini hanya terlihat setengah karena tertutup oleh janggut yang sudah tebal. "Yang bener, Gus?"

"Hu'um."

"Hadiahnya apa?"

"Emmm," Sugus pura-pura berpikir sejenak, lantas kembali berucap, "Es krim yang banyak?"

Aku mengangguk. "Es krim yang banyak banyak banyaaakkk banget, Gus. Boleh, ya?"

"Anything for you, zaujaty."

My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang