Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum semua..
Apa kabar? Kangen nggak sama couple Sushi?
Aku cuma pengen ngucapin terima kasih, terima kasih, terima kasih atas doa, support, loyalitas dan kesabaran kalian terhadap cerita ini.
Sudah siap baca kelanjutan couple Sushi?
Dikit dulu nggak papa kan ya buat permulaan? Hehe (udah lama nggak nulis jadi kaku)
Happy reading
Luvvv ❤***
Pernahkah kalian terjebak dalam situasi awkward? Serba salah? Atau bingung harus melakukan apa? Bahkan untuk sekedar memulai pembicaraan saja terasa sulit dan nggak tau apa yang harus dibicarakan. Sedangkan suasana saat ini dalam perjalanan terasa krik krik akibat dua laki-laki dewasa yang duduk di bagian depan mobil. Siapa lagi kalau bukan Sugus dan Ustadz Abas.
Sebelum kami berangkat, Ustadz Abas meminta bareng untuk pergi ke pernikahan Ning Aisyah. Ya, ia juga diundang. Dan jadilah di sini, kami bertiga.
Permasalahannya adalah hari ini Ustadz Abas tahu akan suatu fakta yang selama ini nggak ia percayai. Karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri aku keluar dari ndalem bersama Sugus. Dan saat itu terlihat dari wajahnya ia sangat terkejut tapi mencoba untuk menutupinya. Sayangnya aku lebih dulu menangkap wajah kagetnya itu.
Semoga dua orang ini baik-baik saja, bisa gawat kalau sampai bertengkar di sini. Siapa coba yang nanti akan melerai mereka? Duh, aku ini mikir apa sih? Sok cantik banget sampai berpikiran mereka memperebutkan aku! Wake up, Sashi. Wake up! Kalau keduanya mendengar suara hatiku ini pasti jyjyq deh. Ingat Sashi Liem kamu itu nggak lebih dari keset Welcome Indoapril.
"Ekhem!" Ustadz Abas berdehem. Syukurlah sepertinya ia ingin memulai pembicaraan. Suasana di mobil ini tidak lagi seperti handphone jomlo. Sepi. Krik krik. ;)
"Saya mohon maaf, Gus, atas kejadian tidak mengenakkan tempo hari," lanjut Ustadz Abas. Aku melirik ekspresi Sugus dari kaca sunvisor mobil, ia terlihat mengerutkan kening. "Tentang lamaran ke Sashi. Saya nggak tau kalau Gus dan Sashi sudah menikah."
Bukan nggak tahu tuh, Gus. Tapi nggak percaya. Timpalku dalam hati. Mana mungkin aku berani berkata begitu.
Syukurlah kedua lelaki di depanku ini dewasa. Perjalanan menuju tempat tujuan nggak terasa seperti arena tinju. Sugus dengan mudah memaafkan Ustadz Abas karena ketidaktahuannya. Uh, hatiku lega saat ini. Pasalnya kalau Sugus sudah cemburu itu sangat menyeramkan.
"Hooam." Sebelum mulutku terbuka lebar, segera aku menutupnya dengan tangan kiri. Duuuh Sashi, nggak bisa apa ya anggun sedikit. Padahal aku sudah pakai gamis dengan warna kesukaanku loh. Lilac. Yang terlihat girly.
"Kamu tidur saja, kalau sampai saya bangunin," ucap Sugus yang mengalihkan pandangannya dari jalanan ke kaca sunvisor mobil. Detik itu juga tatapan kami bertemu.
"Iya, Gus." Tubuhku segera bersandar pada kursi mobil lalu memejamkan mata. Tidak lama kemudian aku mulai memasuki dunia mimpi.
TUK!
"Auuuh!" Rintihku saat kepalaku mencium bagian samping mobil dengan kencang. Entah bagaimana gaya tidurku tadi, sampai bisa seperti itu. Terdengar suara kekehan kecil dari dua laki-laki dewasa di depanku ini.
Aku memberengut kesal. Sebal sekali dengan Sugus. Istri sedang kena musibah malah ditertawakan. Padahal siapa coba yang membuat jam tidurku berkurang? Untung saja nggak ada lingkaran hitam di under eye aku. Kalau sampai ada, aku takut Sugus dikira datang bersama panda, bukan istrinya.
"Loh kok berhenti, Gus?" tanyaku spontan saat mobil Sugus berhenti seketika.
"Sudah sampai."
Aku ber-O ria mendengar jawabannya itu. Sugus dan Ustadz Abas membuka pintu dengan sebelumnya melepas seatbelt untuk keluar dari mobil. Omong-omong aku jadi penasaran, keduanya bicara apa ya selama perjalanan? Apa keduanya diam-diaman saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Gus
Spiritual⚠ AWAS BAPER! ⚠ Religi - Romance Karena kesalahan yang sangat fatal, Sashi harus mendapat hukuman dikirim ke pesantren. Bagi Sashi pesantren seperti penjara yang menyedot habis kebebasannya. Dia harus memutar otak bagaimana supaya bisa keluar dari p...