Sugus Mau Poligami (1)

123K 11.1K 571
                                    

Bagaimana mungkin seorang Baginda Raja Pluto berhasil membuat pagiku sekacau ini? Di dalam sana terasa panas saat mengingat lagi kejadian tadi. Sudahlah, sedih kalau diceritakan.

Aku mematut diriku di depan cermin. Seorang gadis 18 tahun dengan seragam SMA ada di depanku. Kalau dilihat-lihat aku ini cantik, tapi untuk mendampingi Sugus aku terlalu kecil. Aku jadi penasaran, sebenarnya Sugus menganggapku sebagai apa? Istrinya? Ah, bahkan aku terlalu kecil dianggap sebagai istri. Lalu apa dong? Adiknya? Tapi aku inikan istrinya. Benar-benar so confused!

Aku merasakan pintu kamar ini terbuka, dan aku tahu itu ulah siapa. Karena terlalu malas dengannya, maka aku cueki saja ia.

"Ekhem!" Sugus berdehem entah sudah berapa kali. Biarkan saja, ia juga tidak pernah menganggapku ada.

Merasa tak kuhiraukan, Sugus memilih muncul melalui pantulan cermin. Sugus memasang bulan sabit paling manis di wajahnya, dengan satu tangan memegang sesuatu. Aku tetap pura-pura tidak melihatnya.

Biar Sugus tahu rasa, bagaimana rasanya di diamkan. Dianggap makhluk tak kasat mata, padahal jelas-jelas aku ada di dekatnya.

"Emm ini makanan terenak yang pernah saya makan," Sugus bermonolog. Mungkin maksudnya berbicara kepadaku, tapi kan aku sedang tidak minat bicara dengannya. Lihatlah, ia memuji masakan wanita lain di depan istrinya sendiri, padahal jelas-jelas aku ini juga membuatkan sarapan untuknya. Dasar Sugus!

"Hmm sepertinya ini bubur terenak yang pernah saya makan."

Tunggu dulu. Bubur? Tubuhku berbalik dan langsung menghadap ke arahnya.

What?

Mataku hampir saja terjatuh karena tak percaya dengan apa yang ada di tangan Sugus. Bagaimana mungkin Sugus memakan bubur buatanku, padahal tadi ia menerima makanan dari Ning Aisyah.

"Sini, mau cobain nggak?"

Entah apa yang membuat tubuhku mendekat ke arahnya dan duduk di samping Sugus. "Kamu harus coba bubur terenak se-dunia," ucapnya seraya menyodorkan sendok berisi bubur yang sudah diambilnya. Sontak saja mulutku ini terbuka seperti goa yang siap menerima.

"Enak, kan?" tanyanya. Aku mengangguk menyetujui ucapannya. Iya lah, itukan buatanku sendiri.

"Tapi sedikit asin ya, Gus?"

"Nggak kok, enak banget malah. Karena dibuat dengan cinta sama istri sendiri."

Idiiih Sugus apa-apaan sih? Masih pagi sudah bucin.

Tapi kenapa pipiku terasa panas ya? Rasanya bulan sabit di wajahku sudah lelah tertidur. Ia berontak ingin bangun dari mimpi indahnya.

Apalagi ditambah saat satu tangan Sugus terulur menyentuh pipiku. Huaaah, bukan lagi pipiku yang memanas, tapi seluruh tubuhku rasanya merinding disko.

"Terima kasih ya," ucapnya seraya tersenyum. Dengan sekejap duniaku dibuat gonjang-ganjing olehnya. Rasa kesalku padanya dengan sekejap juga menguap entah kemana. "Yaudah sana berangkat. Nanti telat," lanjutnya.

Layaknya kerbau yang dicucuk hidungnya aku menurut saja. Kenapa pula tanganku refleks terulur ke depan seperti kebiasaanku pada Bunda sebelum berangkat sekolah. Sontak Sugus pun meraih tanganku. Jadilah dengan terpaksa aku mencium punggung tangannya itu.

"Semangat ya belajarnya bidadari kecil," ucapnya seraya menyondongkan tubuh ke depan. Seketika tubuhku mematung sejenak saat merasakan kecupan di keningku.

Semesta kok aku diam saja ya? Ini aku lagi digrepe-grepe loh oleh Sugus.

*****

Selama di sekolah aku sama sekali tidak bisa konsentrasi. Sudahlah, jangan ditanya penyebabnya apa. Aku terlalu malu pada diriku sendiri yang diam saja saat Sugus melayangkan aksinya. Kenapa untuk urusan seperti itu, otak pintarku yang selalu dibanggakan ini berubah jadi tumpul?

My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang