Lamaran Mendadak

139K 13K 1.7K
                                    

Aku mencoba berdiri, berniat meninggalkan Sugus dengan pertanyaan di dalam kepalanya. Namun tiba-tiba ia malah menarik lenganku, yang sontak saja membuat tubuhku terhuyung ke belakang. Dan aku terduduk tepat di atas pangkuannya.

"Beri tahu saya apa artinya?" tanyanya dengan nada memaksa. Aku hanya menggeleng seraya menahan senyum. Rupanya menyenangkan sekali membuat Sugus penasaran.

"Gantian dong, tadi kan Gus sudah kasih Sashi teka-teki."

"Hhm jadi seperti itu nih?" Karena aku sedang membelakanginya, aku nggak tahu bagaimana ekspresi Sugus. Tapi dari nada bicaranya seperti sedang menggodaku. "Rasain ya..."

Tiba-tiba saja tangan Sugus menggelitik perutku. Aku langsung berontak, supaya tangannya itu nggak menari-nari karena membuatku geli.

"Ampun, Gus, ampuuun. Lepasin Sashiii."

"Nggak akan, sebelum kamu beri tahu saya."

"Hahahah geli, Guuuusss. Hahaha iya iya, Sashi kasih tau artinya."

Tepat setelah aku berucap begitu, Sugus menghentikan tarian tangannya di perutku. Aku mengatur napas sejenak. Kalau dilihat-lihat posisi kami saat ini Sugus seperti sedang memelukku dari belakang.

Ide jail terlintas di kepalaku.

Bukannya menjawab pertanyaannya, aku lantas berdiri dengan cepat. Bahkan saat meninggalkan ruangan ini aku sambil berlari. Tepat saat di connecting door, aku berbalik arah ke Sugus yang masih di dalam ruangan rahasia. "Cari tau aja sendiri, wleeee," tukasku seraya menjulurkan lidah, menggodanya.

Aku berlari, karena Sugus ternyata mengejarku. Jadilah kami main kejar-kejaran di kamar ini seperti Tom and Jerry.

"Gus udah dong, Sashi capek nih," ucapku seraya berhenti sejenak mengatur napas. Sugus berdiri satu setengah meter di depanku.

"Nggak. Saya harus tangkap kamu."

"Gus nggak capek apa? Kan udah tu—aaaahhh Sugus ampuuun!" Karena terlalu banyak omong, Sugus berhasil menangkapku dan kembali menggelitik perutku.

"Kali ini nggak ada ampun buat kamu," ucapnya seakan nggak pernah puas membuatku menderita akibat kegelian. "Rasain kamu."

"Haha ampuun. Aduh geli! Guuss nanti Sashi nggak doyan makan! Hahaha!"

Sugus malah tertawa melihatku menderita. Dasar, untung saja ia suamiku!

Ditengah-tengah Sugus melaksanakan aksinya, kakinya tersandung dengan kakiku. Hal itu menyebabkan tubuhnya terhuyung ke depan yag otomatis membuatku ikut terjun payung. Untung saja aku mendarat sempurna di bed.

Eits, tapi posisi ini sangat tidak menguntungkan untukku. Aku benci menceritakannya karena adegan kami sekarang persis seperti di ftv. Tapi sialnya, ini nyata.

Tubuhku berada di bawahnya dengan kedua tangan Sugus mengurungku. Untung saja ia sigap menahan tubuhnya itu supaya nggak menimpaku. Kalau iya bisa-bisa setelah ini aku akan diurut habis-habisan.

Alih-alih melepaskan diri, aku malah kembali tersihir dengan pesonanya. Pandangan kami bertemu dalam satu titik. Netra itu berbinar-binar penuh cahaya mengalahkan bintang yang berkelap-kelip. Pantas saja malam ini langit nggak ada bintang, aku rasa semua bintang berpindah pada netranya.

"I love you, Gus."

"Hmm?" dehemnya seperti memastikan ucapanku.

"Artinya i love you."

Bulan sabit muncul di wajahnya. Kerlap-kerlip bintang semakin menampakkan sinarnya. Aku rasa keindahan pada makhluk satu ini melebihi indahnya semesta. Maha Besar Sang Khalik yang sudah menciptakannya ke dunia ini.

My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang