#12 sebuah ungkapan

389 64 7
                                    

"ketika kau tertarik dengan wanita, kau pasti ingin memilikinya seutuhnya ? Kau bisa saja mengatakan akan menjaganya tapi belum tentu kau tidak akan menikmatinya" Chai

Ja menatap punggung first dan tiba-tiba kalimat itu muncul dalam benaknya.
First membuka pintu utama dan masuk.

Ketika menuju tangga, Ja tiba-tiba menarik First, lalu mendorongnya Kedinding.

"Ada apa phi ?" Tanya first.

Ja tidak menjawab namun ia tak melepaskan pandangannya dari first.

"Aku harus mencobanya agar tau apa yang aku rasakan" ucap Ja.

"Maks..."

Cup..

Belum selesai first menyelesaikan ucapannya bibir Ja telah menyentuh bibir first.

Mata first membesar ia mencoba mendorong Ja, namun Ja mencoba menahan kedua tangan first.

Tidak bisa menolak Ja, first tak berdaya dan akhirnya membalas ciuman Ja..

Ciuman panas itu pun tak terhindari.
Ja melahap seluruh bibir First seolah tak membiarkan first membalasnya lebih.
Hingga sampai akhirnya mereka sama-sama kehabisan nafas.

Deruan nafas First terdengar,namun pandangannya tak lepas dari Ja.

"Phi menyukaiku ?"

Ja hanya diam..

"Phi mencintaiku ?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh first, Ja malah menjauh seakan ia juga terkejut dengan apa yang ia lakukan.

First maju dan berusaha menggapai tangan Ja.

"Maaf" sebuah kata yang bukan diharapkan first saat itu.

Ucapan itu seakan mengisyaratkan bahwa ja menyesal dengan apa yang ia lakukan.

First menghela nafas, ia tersenyum kecewa seolah ia yang melakukan kesalahan itu.

Sementara Ja menutup pintu kamarnya.

"Sial !! Ini gara-gara Chai !!"

Ja menyentuh dadanya.
"Tidak ada yang terjadi"
Ucapnya sembari menganggukkan kepalanya.

----

Keesokan harinya seakan tak terjadi apapun Ja melangkahkan kakinya menuju kelas dan bertemu dengan Chai yang seorang diri duduk di kursinya.

"Aku sudah melakukan yang kamu ucapkan" ucap Ja.

Chai menoleh, melihat itu Ja, Chai menutup bukunya.

"Lalu ?" Tanya Chai yang penasaran dengan jawab Ja lagi.

"Aku tidak menyukainya." Ucap Ja dengan yakin.

"Kau serius ?" Tanya Chai

"Iya."
"Kau tau saat aku menciumnya, yang ada dibenakku adalah wanita cantik. Itu berarti apa ?" Tanya Ja.

"Dugaanmu salah Chai" ucap Ja lagi.

"Kau menciumnya ?" Tanya Chai.

Ja terdiam.
"Iya. Itu karena aku harus memastikan apa aku menyukainya atau tidak."
"Dan jawabannya adalah tidak." Ucap Ja.

Chai menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu" ucap Chai walau ia sendiri tak yakin dengan ucapannya.

---

In the End (Ja First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang