#46 Perasaan yang pernah ada

114 11 0
                                        

Aku berusaha sekuat tenaga ku untuk menarik Beam, menariknya agar tak lepas dari genggamanku.

"Lepaskan aku first, biarkan aku mati" ucapnya.

"Kau tidak bisa mati seperti ini Beam" ucapku sembari berusaha tetap menarik Beam walau tenagaku hampir terkuras habis.

Sekuat tenaga hingga aku merasa telah berada diujung tenagaku.
Seseorang tiba-tiba menggenggam tanganku dan membantuku menarik Beam keatas.

Aku menoleh dan melihat Ja yang membantuku.

Dan disana aku telah melihat beberaoa polisi yang menunggu.

Beberapa polisi langsung mengamankan Beam dan membawanya pergi.

Sementara aku masih mengambil nafas karena kehabisan tenaga.

---

Ja menatapku, kini kamu berada dikamar inap.

Hanya aku dan Ja.
Ja tak melepas pandangannya sama sekali dariku.

Aku yang mulai risih menoleh dan bertanya padanya.

"Apa ada yang ingin kamu bicarakan ?"
"Bicarakan sekarang dan jangan hanya menatapku." Ucapku.

Ja menghela nafas lalu mengarahkan pandangannya kelain tempat dan kembali menatapku.

"Apa kamu benar-benar tidak takut mati ?"

"Sudah berapa kali kamu berada diambang Kematian ?" Tanya Ja.

"Jika aku terlambat tadi, apa yang akan terjadi ?" Tanya Ja.

Ja kembali menghela nafas berat .

"Jika kamu tidak peduli padaku, setidaknya peduli pada dirimu sendiri"

"Ada banyak orang yang mencintaimu, tolong..." Ucap Ja memohon.

Aku menatapnya lalu kembali membuat pandanganku.

Ada sebuah rasa yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata.
Perasaan aneh ini muncul dan selalu ku abaikan.

Aku kembali menoleh kearah Ja.
Tiba-tiba sebuah pikiran muncul dalam benakku.

"Hei.. Ja" panggilku

Ja menoleh menatapku dengan dalam.

Aku segera menariknya.
Lalu menciumnya..

Cup.

Mata Ja membelak besar..

Dan tiba-tiba
Sebuah ingatan muncul.
Kami berada disebuah mobil, melakukan perjalanan kekuil dan menikmati hari bersama.

Aku mendorong tubuh Ja menjauh dan menatapnya terkejut.

"Ingatan apa itu ? Kenapa bisa ada diingatanku ?" Aku membatin.

Sementara Ja menatapku.

"First ? Ada apa ?" Tanyanya.

Aku kembali menatapnya.

"Apa kita pernah kekuil ?" Tanyaku.

Ja mengangguk.

"Emm.. kita pergi saat hari ulang tahunmu"
"Ada apa ? Kenapa kamu bertanya hal itu ?" Tanya Ja.

"Kenapa ada ingatan first muncul ? Apa yang terjadi ?" Batinku kembali.

"First" Ja memanggil ku kembali.

Aku menatapnya dan menggelengkan kepalaku.

"Tidak apa-apa" singkatku.

---

POV Ja.

Ja keluar dari kamar first, ia berjalan pergi menjauh dari kamar First dan menuju cafetarian rumah sakit, ia  kemudian memesan kopi dan mengambilnya dimeja pemesanan.

In the End (Ja First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang