#43 Bertahan hidup

104 14 1
                                    

Rin menjauhkan tubuhnya, ia tampak terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku.

"First..."
"Lupakan.." ucapku lalu aku menaiki anak tangga,yang pasti aku memperhatikan wajahnya yang tampak kaget.

"Tidak lama lagi, kebusukan mu akan terbongkar" batinku lalu aku segera masuk kedalam kamar.

---

Aku memainkan ponselku, seseorang membuka pintu kamarku, aku terkejut mendapati Ja melihatku dengan raut terkejut.

Ia lalu mendekatiku,melihat seluruh tubuhku.

"Ada apa ? Apa yang kamu lakukan ?" Ucapku risih dengan perlakuan Ja.

"Chai bilang kamu hampir tertabrak motor ? Kamu baik-baik saja ?" Ucap Ja.

"Aku baik-baik saja" ucapku sembari melepaskan tangan Ja.

"Tidak perlu bersikap khwatir seperti itu" ucapku lagi.

"Bagaimana aku tidak khawatir, aku tidak ingin hal kemarin terulang, aku tidak ingin kehilanganmu" ucap Ja.

Aku menatap Ja.
Seolah muak dengan ucapannya yang hanya menjadi sebuah ucapan.

"Kau sudah kehilangan ku. Sudah terlambat" ucap ku.

"First"

"Sejak anda memilih menikah,anda sudah kehilangan aku."
"Sudah sangat lama" tegasku.

"First" Ja mencoba menggapai tanganku.

"Kau tahu, aku sangat bosan dengan kata-kata manis mu "

"Jadi pergilah dari kamarku. SEKARANG" Ucapku dengan tegas.

---

Keesokan harinya ibu berjalan menuju lorong rumah sakit, ia berhenti dikamar inap Fiat.

Ia masuk dan mendapati alat pernafasan masih terpasang di tubuh Fiat.

Ibu berjalan perlahan lalu duduk dikursi.

"Bagaimana keadaanmu nak ?"
"Maaf... Ibu baru bisa mengunjungi mu" ucap ibu ia mencoba tersenyum.

Ibu perlahan mengapai tangan Fiat yang dingin.

"Kamu pasti kesepian, maaf" ucap ibu yang mulai tak bisa menahan tangisnya.

"Maaf ibu belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu" tangis ibu pecah.

"Ibu menyanyangimu.. ibu sangat sayang padamu" ucap ibu berkali-kali.

"Jadi sadarlah nak dan peluk ibu" ucap ibu.

Aku mendengar semua dari luar, tanpa sadar mataku mulai berkaca-kaca dan aku memutuskan pergi tanpa menemui tubuhku sendiri.

Aku masuk kedalam mobil dan mencoba menenangkan diriku sendiri.

Tak lama ponselku berdering, panggilan masuk dari Chai.

"Hallo ?"

"First, kamu dimana ?" Tanya Chai.

"Aku ? Lagi dijalan, ada apa ?" Tanyaku.

"Kamu sibuk ?"
"Ada sesuatu hal yang ingin ku tunjukan padamu"

"Soal ?" Tanyaku.

Aku bergegas setelah mendapatkan kabar bahwa Chai menemukan pria yang menabrakku kemarin.

Tidak ku sangka akan secepat ini bertemu orang yang secara sengaja akan menyakiti first.

Aku berhenti dikantor polisi dan melihat Chai yang telah menungguku.

Aku berlari kecil menghampiri Chai.

"Halo dok, ah maksudku phi.." ucapku.

"Dimana pria itu ?" Tanyaku.

In the End (Ja First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang