22 - Hubungan

169 18 3
                                    

Tuk tuk tuk

First membuka pintu kamarnya dan melihat Ja berdiri dikamarnya.

"Phi, ada apa ?" Tanya first.

"Bisa aku masuk ?" Tanya Ja.

First membiarkan ja masuk kedalam kamarnya.

Ja duduk ditepi kasur diikuti first disampingnya.

"Phi kenapa ? Ada masalah ?" Tanya first.

"First, jika kamu menjadi aku, apa yang akan kamu pilih, Kamu akan tetap pada pendirianmu atau kau akan menguburnya ?" Tanya Ja.

"Phi ? Bisa kamu ceritakan kenapa kamu harus memilih ?" Tanya first.

"Kamu ingat beberapa hari lalu ketika ayah tiba-tiba bertanya bagaimana pendapatku dimeja makan ?" Tanya Ja.

First mencoba mengingat hari itu.
"Iya phi" jawab First.

"Ayah memintaku untuk meneruskan perusahaannya" ucap ja.

"Sejak awal aku sudah pernah mengatakan hal ini pada ayah bahwa aku tidak mau jadi penerus diperusahaan ayah." Ucap ja.

"Tapi beberapa hari lalu ayah menceritakan bagaimana ia berusaha membangun perusahaan naik turun, sendiri hingga berhutang pada keluarga dan bisa sampai sekarang"

"Phi..."
"Kamu sudah dewasa, kamu punya hak untuk menolak"
"Jika itu menjadi beban untukmu jangan menerimanya sekalipun ini adalah keinginan ayah" ucap first.

"Tapi phi juga harus tau dan harus bisa menerima apa yang akan terjadi dengan pilihan phi" ucap first.

"First akan tetap mendukung pilihan phi"

"Pilihan yang langsung dari hati phi" ucap first sembari mengarahkan tangannya ke dada ja.

Ja langsung memeluk first, memeluknya begitu erat seakan tak mau melepaskannya.

"First tidak akan meninggalkan phi, apapun pilihan phi" ucap first didalam pelukan Ja.

"Terima kasih. Terima kasih karena tetap berada disisi phi."
"Terima kasih karena menjadi orang yang phi cintai"
"Phi mencintaimu" ucap ja.

First mengangguk.
"First juga phi"
"First jug mencintaimu" ucapnya.

"Malam ini boleh aku tidur disini ?" Tanya Ja.

First mengangguk.

Malam itu
Mereka tidur bersama tanpa peduli dengan hari esok yang akan terjadi.

***

Keesokan harinya, Ibu melihat kearah jam dan melihat kedua anaknya belum keluar dari kamar.
Khawatir mereka akan telat kekampus, Ibu pun berniat membangunkan mereka.

Ibu mengetuk pintu kamar ja, berkali-kali namun tak ada jawaban, ibu membuka pintu kamar ja dan tak melihat ja berada dikamarnya.

Ibu kemudian menyadari bahwa Ja mungkin berada dikamar first dan tidur bersamanya. Ibu pun menuju kekamar first, tanpa mengetuk ibu membuka pintu kamarnya.

Dan benar apa yang ibu pikirkan.
Ja berada dikamar itu, tidur sembari memeluk first.

Ibu tampak terkejut namun ia berusaha menenangkan diriny sendiri.
Ia lalu menutup pintu kamar first.

Sesekali ia mengelus dadanya, menarik nafas lalu membuangnya.

Tangannya seakan kaku, ia berusaha tenang dan mengetuk pintu.

In the End (Ja First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang