You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Andin menyandarkan tubuhnya ke kursi, meregangkan otot tangan, punggung dan lehernya saat separuh pekerjaannya sudah selesai. Ia menoleh pada botol dan kaleng soda yang sudah kosong lalu sebuah gelas yang juga sudah tak berisi.
Ia mengangkat semua benda kosong itu untuk ia masukkan ke dalam tempat sampah kecuali gelas kosong yang ia isi kembali dengan air, entah sudah berapa kali Andin mengisi ulang gelas tersebut.
Wanita dua puluh lima tahun itu meneguk air putih, kemudian melirik jam digital yang berada di sudut meja dapur, lalu terdengar helaan napas pelan.
18:37
Waktu lima jam hari ini ia habiskan untuk bekerja, bahkan waktu libur pun ia tetap bekerja karena keadaan yang sedang hectic.
Andin menoleh ke arah kaca besar, matahari sudah terbenam menampilkan langit senja yang sangat indah. Ia kembali kedalam kamarnya, mengganti celana pendeknya dengan celana jeans yang lebih panjang.
Kemudian mengambil cardigan berwarna hitam dari dalam lemari, tak lupa membawa ponsel dan dompetnya. Setelah mengenakan flatshoes hitam, Andin segera melangkah menuju pintu apartemennya. Ia akan keluar sejenak untuk mencari udara segar.
Suasana jalanan ibu kota Sydney malam ini terpantau cukup ramai, baik kendaraan roda empat maupun para pejalan kaki. Langkah kaki Andin berbelok ke kiri, menuju sebuah kedai kopi di pinggiran kota.
Kedai kopi yang letaknya tersembunyi tapi memiliki cita rasa kopi yang tak terlalu buruk. Ia sudah tiga kali berkunjung kesana, terhitung sejak dua bulan lalu saat ia tak sengaja masuk kedalam kedai itu untuk berteduh.
Wanita dengan panjang rambut sebahu itu mendorong pintu kaca dan langsung disambut ramah oleh seorang pelayan wanita dari balik meja kasir.
Setelah membaca menu singkat, Andin memesan segelas ice chocolate dan croissant. Ia mengulurkan kartu debit, untuk membayar pesanannya.
Andin berbalik dari meja kasir kemudian berjalan menuju kursi yang berada di sudut ruangan. Selang sepuluh menit kemudian pesanannya datang dan ia menikmati cemilan malam harinya ditemani alunan musik klasik.
∞∞∞
"Astaga! Ternyata kau tahu tempat ini juga,"
Andin langsung menghentikan gerakannya yang akan menyuap potongan kecil croissant ketika sebuah suara hinggap di indera pendengarannya.
Ia menoleh lalu mendongak, dan ternyata di tempat tersembunyi sekalipun ia masih bisa bertemu dengan seorang yang ia kenali.
Joe, teman satu timnya itu segera mendudukkan dirinya di seberang Andin-menempati kursi yang sedari tadi kosong.
"Dari mana kau tahu tempat ini?" Joe bertanya kembali saat Andin tak memberikan respon apapun dari kalimat pertamanya.
"Aku tidak sengaja menemukannya," jawab Andin seadanya lalu menyuap pastry itu-melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.
"Kau sudah menyelesaikan semua pekerjaan yang aku kirim, kan?" kini giliran Andin yang bertanya setelah menelan makanannya.
"Tentu sudah, tenang saja nanti akan aku kirimkan filenya padamu. Lagi pula aku tidak mungkin bisa bersantai seperti ini jika pekerjaanku belum selesai," jawab Joe santai seraya menyilangkan kaki kirinya.
Andin mengangguk setuju. "Kau benar," tandasnya membenarkan pernyataan Joe, karena dirinya pun tidak akan bisa duduk di kedai ini jika pekerjaannya belum rampung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...