39

2.6K 395 76
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

     Setelah kembali dari Tasmania dengan private jet milik Aldebaran, keduanya tidak langsung kembali ke apartemen ataupun penthouse. Mereka akan bermalam di mansion keluarga Adytama, Nayara yang memintanya. Dan, mereka berakhir menuruti permintaan wanita itu karena Aldebaran maupun Andin tak ada yang bisa menolaknya.

Sesampainya di bandara, Andin berpisah dengan dua sahabatnya yang akan di antar pulang oleh salah satu pengawal Aldebaran. Sedangkan Aldebaran dan kedua orang tuanya berada di mobil yang terpisah. Setibanya di mansion, putri bungsu keluarga Adytama menyambut kedatangan mereka. Nathania menuruni tangga dengan cepat lalu berlari ke arah Aldebaran.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kau tahu, aku sampai meneror Mommy setiap jam hanya untuk menanyakan kabarmu."

Aldebaran mengusap lembut puncak kepala Nathania. "Terima kasih sudah peduli padaku wahai adik kecil."

Setelah melepas rindu dengan sang kakak, Nathania beralih pada Andin yang sedari awal kedatangannya berdiri di sebelah Aldebaran. Tanpa kata pembuka, Nathania memeluk wanita itu cukup erat, seraya membisikkan, "Terima kasih sudah kembali untuk Kakakku."

Andin mengerjap beberapa kali, ia sibuk menerka-nerka maksud dari ucapan ambigu yang ditujukan untuknya.

Nathania melerai pelukannya. "Senang bertemu denganmu lagi, Andin. Kau semakin cantik saja, aku jadi iri padamu."

Andin terkekeh kecil. "Kau sungguh berlebihan, Natha. Aku juga senang bertemu denganmu lagi."

"Baiklah, kalian bisa beristirahat lebih dulu. Kita bertemu lagi saat jam makan siang."

Waktu yang tersisa sebelum pukul satu siang, Andin gunakan untuk mencicil pekerjaan yang sudah lama tak ia sentuh. Aldebaran juga turut melakukan hal yang sama, duduk bersandar di atas ranjang dengan iPad—nya.

Namun, lambat laun fokus Andin terancam lenyap karena lelaki di sampingnya ini sering sekali mencuri kesempatan dalam kesempitan. Contohnya dengan mencuri kecupan kecil di pipi, leher bahkan sampai bahunya. Semakin Andin risih, semakin menjadi-jadi pula Aldebaran menjahilinya.

"Aku tidak bisa bekerja jika kau terus menggangguku, Aldebaran."

"Singkirkan benda itu, aku tak bisa memelukmu!" seru Aldebaran, yang tak pernah kehabisan akal untuk mencari cara agar bisa bermesraan tanpa hambatan.

Andin yang sudah terlanjur sebal dengan tingkah pria itu pun mengungkit soal kesepakatan di antara mereka. "Kau sudah berjanji untuk tidak bersikap menyebalkan lagi."

"Apakah bermanja dengan kekasih sendiri termasuk ke dalam sikap menyebalkan?" alih-alih menjawab, Aldebaran justru mengajukan sebuah pertanyaan.

"Bukan begitu, tapi kau harus melihat situasi. Sekarang aku sedang menjalankan tugasku sebagai sekretarismu."

Aldebaran berdecak kesal. "Sebagai atasan dan kekasihmu, aku menyuruhmu untuk berhenti memikirkan pekerjaan." Aldebaran menutup paksa laptop milik Andin lalu menyingkirkan jauh-jauh dari hadapannya. Tangan kokohnya menarik tubuh mungil Andin agar ikut berbaring dengannya, kemudian mengurungnya dengan lengan besarnya.

"Aku tidak bisa bernapas!"

Aldebaran yang tersentak, dengan sigap merenggangkan dekapannya. "Maaf, sayang."

∞∞∞

Ketika waktu makan siang tiba, semua anggota keluarga termasuk Andin telah berkumpul di meja makan. Andin menempati kursi di sisi kanan Aldebaran yang berhadapan dengan Nathania. Beberapa pelayan datang bergantian membawa banyak hidangan yang menggugah selera.

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang