You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Enam bulan kemudian
Adytama's Tower, Sydney Central Business District"Your coffee is coming...."
Andin menaikkan pandangannya dari layar komputer kemudian bernapas lega sesaat Chris muncul dengan dua cup kopi pesanannya. "Terima kasih banyak, Chris."
"Tidak masalah, Andin. Jika kau ingin ke dalam, tolong berikan berkas ini juga untuknya." Chris menyodorkan sebuah map kepada Andin."
Setelah mengetuk pintu ruangan bertuliskan Chief Executive Officer, Andin bergerak masuk dan mendapati lelaki itu sedang terduduk di sofa dengan iPad di tangannya. "Kopi Anda, Sir. Dan Chris menitipkan berkas ini untukmu."
"Temani aku di sini sebentar," gumam Aldebaran setelah mengambil alih berkas tersebut dari tangan sekretarisnya kemudian membacanya dengan teliti.
Sofa single di sisi kiri menjadi pilihan Andin untuk menuruti permintaan Aldebaran. "Jangan bekerja terlalu keras. Kau belum lama sembuh, jangan sampai tumbang lagi."
Pekan lalu, Aldebaran absen selama tiga hari akibat suhu tubuh yang meningkat hingga nyaris 40 derajat celcius. Selama mengenal Aldebaran, ini adalah kali kedua Andin mendapati lelaki itu sakit sampai harus beristirahat total. Beruntungnya di hari kedua demamnya perlahan menurun hingga tak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Tak mengapa jika aku sakit, selama yang merawatku itu dirimu." Aldebaran menjadi saksi betapa khawatirnya wanita itu saat mendapati dirinya tak berdaya.
Selama tiga hari, Andin selalu menyiapkan semua kebutuhan untuk Aldebaran seorang diri, mulai dari membuatkan makanan hingga mengatur jadwal minum obat. Dia juga tak pernah meminta bantuan pelayan sedikit pun, walau sebenarnya Aldebaran tahu wanita itu pasti kelelahan.
Aldebaran juga mengetahui, Andin selalu terjaga di malam hari karena takut jika suhu tubuhnya naik lagi. Andin benar-benar menjaganya dengan sangat baik, bahkan dia menolak untuk pergi ke kantor dan memilih bekerja dari rumah. Aldebaran tak menyangka sekaligus bersyukur dalam satu waktu karena kepedulian dan kesabaran Andin padanya.
"Tapi aku tak ingin kau sakit lagi, aku tidak suka melihatmu lemah seperti itu." Andin lebih memilih Aldebaran yang jahil di banding dengan Aldebaran yang lemah, karena itu terasa lebih menyeramkan.
Dunia memang berputar, dahulu kalimat tersebut keluar dari mulutnya. Namun kini Aldebaran—lah yang mendapatkannya. "Baiklah, sayang. Mulai hari ini aku akan menjaga kesehatanku dengan baik."
Perhatian Andin kembali tertuju pada kertas yang berada di genggaman Aldebaran. "Apakah itu perjanjian final dari kerja sama dengan Rivera Hotel?"
Aldebaran mengangguk. "Andin, tolong ambilkan penaku di dalam laci."
Ketika Andin membuka salah satu laci dan telah menemukan barang yang diminta, maniknya tak sengaja mengarah pada satu benda yang cukup membuatnya tercengang. "Jadi selama ini kau menyembunyikan id card—ku?"
Aldebaran menoleh lalu menyadari tanda pengenal wanita itu sudah berada di udara. Rahasia yang sudah Aldebaran simpan sejak awal pertemuannya dengan Andin harus terbongkar dengan cara yang cukup konyol. "Ya, sepertinya kau sudah mengetahuinya sendiri."
"Kau sengaja, bukan?"
"Sebenarnya di awal pertemuan kita aku tidak merencanakan apa pun, tapi ternyata di pertengahan jalan aku berubah pikiran." Aldebaran mengedikkan bahunya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...