23

2.3K 398 76
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

Satu tahun kemudian
Jakarta, 2016

Sedan putih milik Reynold berhenti di halaman rumah kekasihnya. Kerutan di dahinya muncul ketika melihat salah satu mobil yang terparkir di sana. Mobil itu mengingatkannya pada seseorang yang sudah lama tidak ia temui. Reynold memalingkan wajahnya pada Ratu Andinia Abigail, seketika perasaannya menjadi tak karuan.

"Astaga, jantungku berdebar! Aku tidak pernah mengenalkan seorang pria ke hadapan Mommy. Berdoalah semoga dia menyukaimu," Andin berharap-harap cemas. "Ayo masuk," lanjutnya seraya melingkarkan tangannya di lengan Reynold.

Andin menekan gagang pintu rumahnya. "Tunggu sebentar," ia meminta kekasihnya untuk menunggu di ruang tamu.

Reynold pun mengangguk. Matanya berpencar, mencoba mencari sesuatu entah itu berupa barang atau foto yang bisa menyangkal dugaannya.

Gadis itu berjalan memasuki area dapur saat mencium bau masakan. "Sedang apa, Mom?"

"Memasak makan siang. Tidak biasanya kau pulang lebih awal," Viola mengernyit ketika putrinya tiba dirumah lebih cepat.

"Hmm," Andin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku ingin mengenalkan seseorang pada Mommy,"

"Siapa? Your boyfriend?" tebak Viola menahan senyum.

Andin mengangguk pelan.

Tidak terasa kini putri kecilnya sudah beranjak dewasa. "Okay. Bawa dia kemari, Mom ingin mengenalnya."

Dua sudut bibir gadis itu mengembang. "Wait!" Andin kembali ke ruang tamu, sedangkan Viola berbalik badan mengambil gelas dari laci teratas untuk diisi air putih.

"Mom, kenalkan ini kekasihku. Namanya Reynold."

Viola memutar badannya ketika nama itu disebutkan. Ia tidak pernah menyangka maniknya akan beradu lagi dengan pria yang masih ia harapkan untuk kembali.

Bukan hanya Viola yang merasakan hal itu, Reynold pun sama. Ini adalah momen yang tidak ia harapkan akan terjadi. Dipertemukan kembali dengan Viola, namun dengan statusnya yang berbeda—menjadi kekasih putrinya.

Tanpa sadar genggaman tangan Viola melemah, sehingga detik selanjutnya terdengar bunyi nyaring gelas yang menabrak lantai. "Oh God!"

"Astaga, Mom!"

"Maaf. Aku akan bereskan kekacauan ini,"

"Jangan!" cegah Reynold saat Viola akan mengambil pecahan gelas yang berserakan dengan tangan kosong. "Tanganmu bisa terluka," peringatnya dengan suara yang sulit di tebak.

"Aku akan mengambil sapu," Andin bergerak ke sisi ruangan.

Untuk sesaat pandangan mereka kembali bertemu. Iris keduanya sarat akan kerinduan yang lama tidak tersampaikan.

"Ini sapunya,"

Reynold membersihkan pecahan gelas itu sampai tidak ada lagi yang serpihan halus yang tersisa di lantai, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah.

"Apa kakimu terkena pecahannya, Mom?" terdengar sedikit kekhawatiran dari Andin.

Viola menggeleng dengan senyuman kecil di bibirnya. "Tidak, sayang. Mom baik-baik saja,"

"Jika ada yang terluka Reynold bisa membantu mengobatinya. Dia seorang dokter,"

"Tidak perlu. Mom baik-baik saja," Viola berusaha kuat meskipun tubuhnya mulai kehilangan tenaga. "Apa kalian sudah makan? Mom baru saja selesai memasak. Bagaimana jika kita makan siang bersama?"

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang