You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter∞∞∞
Andin mengernyit kala merasakan sebuah tangan mengelus pipinya. Perlahan ia membuka mata dan menemukan Aldebaran ada di depannya. Andin menatap sekelilingnya lalu bertanya, "Sudah sampai, ya?"
"Kita baru saja mendarat," jawab Aldebaran, lalu mendengar gadis itu menghembuskan napas.
"Aku masih mengantuk."
"Kau bisa kembali tidur di mobil, sekarang kita turun lebih dulu." Aldebaran merangkul pundak kekasihnya, kemudian berjalan keluar dari private jet—nya.
Saat menuruni tangga pesawat, terlihat Audi R8 milik Aldebaran sudah terparkir rapi disana. Disana juga hadir Jack yang selalu dalam balutan jas hitam lengkap dengan dasi dan earpiece di telinganya.
"Kalian bisa kembali ke rumah untuk beristirahat selama akhir pekan," pungkas Aldebaran pada pengawal pribadinya.
Jack pun mengganguk sigap dengan sedikit menunduk. "Baik, Sir. Terima kasih."
Aldebaran membukakan pintu untuk gadisnya, lalu mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi. "Blue. Hidupkan mesinnya."
Selang beberapa detik, deru suara mesin menyala pun terdengar.
"Halo, Mr. Juan. Bagaimana perjalanan udaramu sore ini?" suara seorang lelaki dengan logat Amerika muncul menyapanya.
Entah mengapa sejak awal mesin itu dioperasikan, Blue selalu memanggil Aldebaran dengan nama tengahnya. "Baik."
"Blue?" gumam Andin penuh tanya.
"Hai, Nona Andin. How are you?" sapa Blue begitu ramah.
Andin mengerjap beberapa kali saat suara tanpa wujud itu berbicara dengannya. Okay, sepertinya sistem tak kasat mata ini sudah mengenali suaranya. Andin teringat dulu ia pernah menjalani serangkaian prosedur untuk masuk ke dalam akses milik Aldebaran. Dan ternyata ini adalah salah satu kegunaannya. "I'm good."
"Senang bertemu denganmu. Ternyata kau jauh lebih cantik dari yang ku duga," Blue berbicara layaknya manusia.
"Jangan menggoda kekasihku, Blue!" sergap Aldebaran kesal.
"Aku hanya mengatakan fakta, Sir. Sekarang aku mengerti mengapa Anda begitu terpesona dan mengagumi Nona Andin."
"Sudah jangan banyak bicara! Sekarang ambil alih kemudinya." Aldebaran memberi sebuah perintah kepada virtual assistant—nya.
Mesin itu diam selama beberapa detik, lalu kembali bersuara. "Self driving is enabled. Kemana tujuan Anda sore ini, Sir?" suara Blue tampak berubah menjadi formal.
"Mansion Adytama." Setelah menghabiskan waktu selama dua minggu di Auckland, hari ini Aldebaran akan langsung menuju kediaman orang tuanya.
Kaca mobil di depannya seketika menampilkan GPS kota Sydney, dengan dua titik koordinat berwarna biru dan merah. "Arus lalu lintas sore ini terpantau ramai lancar. Perjalanan Anda akan di tempuh dalam waktu 25 menit dengan kecepatan 100-120 km/jam." Setelahnya kemudi mobil berbelok ke arah kanan dengan sendirinya membuat ban mobil itu mulai bergerak keluar untuk meninggalkan landasan pacu.
Pria itu menurunkan sandaran kursinya untuk memejamkan matanya yang terasa berat, karena ia baru tertidur selama dua jam. Namun niat itu Aldebaran urungkan saat gadis di sampingnya bertanya seakan kebingungan.
"Kita tidak pulang ke apartemen?"
Aldebaran menoleh kemudian tersadar jika ia lupa mengatakan hal ini. "Untuk malam ini dan besok kita akan menginap di mansion. Ibuku yang meminta kita untuk datang. Maaf aku lupa memberitahumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...