10

2.7K 425 84
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

     Andin's Apartemen, Meriton Suites.

Sudah setengah hari Andin berada didalam kamar, hal yang ia lakukan pun hanya berbaring santai di atas ranjang sembari maraton serial Friends. Ia pun menyudahi kegiatannya saat matahari mulai tenggelam.

Sudah satu bulan semenjak Andin menjadi sekretaris Aldebaran, hari libur adalah waktu yang sangat ia tunggu. Karena hanya pada weekend ia bisa bersantai dari penatnya pekerjaan kantor yang sejak beberapa minggu lalu menjadi dua kali lipat lebih banyak.

Andin teringat jika ia masih memiliki satu potong kue yang ia beli siang tadi. Gadis itu berjalan menuju dapur, namun dahinya mengerut dalam ketika mendapati kue yang berada di piring itu hanya tersisa setengah dengan sebuah sendok bekas pakai yang masih tergeletak disana.

Seingatnya Andin sama sekali belum menyentuh kue itu, lalu siapa yang memakannya?

"Akhirnya kau keluar kamar juga,"

Andin memutar badan, betapa terkejutnya ia saat mendapati bosnya yang menyebalkan itu tengah berdiri santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. "Apa yang kau lakukan disini?!" pekiknya nyaring.

"Menunggumu," Aldebaran melirik singkat jam tangannya. "Terhitung sejak lima belas menit yang lalu,"

"Bagaimana caranya kau masuk ke dalam apartemenku?" Tanya Andin bingung.

"Aku masuk lewat pintu,"

"Pintuku selalu terkunci dan kau tidak tahu-" kalimat Andin terhenti saat mendapati pria itu tersenyum jahil padanya. "Kau tahu pin apartemenku?"

Aldebaran mengangguk tanpa dosa. Ayolah, gedung apartemen ini milik ibunya. Dengan akses yang ia miliki, Aldebaran bisa dengan mudah mengetahui hal-hal seperti itu.

"What?!" pekik Andin lagi.

"Kecilkan suaramu, Andin."

Kemudian Aldebaran teringat sesuatu. "Ah ya, karena tadi aku bosan menunggu jadi aku mencicipi kue yang ada di meja dapur sedikit. Tapi tenang saja, aku masih menyisakannya untukmu,"

Bola mata Andin membulat. "Dasar pencuri! Keluar, keluar!" Dengan sekuat tenaga Andin mendorong Aldebaran keluar dari apartemennya, tapi apa daya tubuhnya tidak sebanding dengan pria itu.

"Hei, aku bukan pencuri." Aldebaran meraih tangan gadis itu. "Aku kemari karena aku memiliki tujuan,"

"Tujuanmu adalah mengganggu hari liburku!" Teriak Andin.

"Bukan, Andin. Aku ingin berbicara sebentar,"

"Apalagi, Ya Tuhan!" Kesal Andin sembari menarik tangannya dari genggaman pria itu.

"Tujuanku datang kemari karena aku ingin kau menemaniku ke acara makan malam," itu adalah alasan Aldebaran berada disini.

Kerutan di dahinya kembali muncul. "Makan malam? Kau tidak memiliki jadwal apapun hari ini," kata Andin.

"Aku menerima invitation ini secara personal. Dan aku tidak mungkin datang seorang diri ke acara itu," balas Aldebaran.

"Itu masalahmu. Apa peduliku?!"

"Masalahnya adalah invitation ini diperuntukkan untuk dua orang. Karena aku memiliki seorang teman dekat wanita, mengapa tidak aku mengajaknya." Aldebaran berucap tanpa beban.

"Aku sekretarismu bukan teman dekat wanitamu!" Tegas Andin meluruskan.

"Kau berlaku untuk keduanya,"

Aldebaran mengangkat satu tangannya ke udara, kala gadis itu ingin kembali berbicara. "Sudah, jangan protes lagi. Aku tidak terima penolakan."

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang