04

2.6K 388 34
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter

∞∞∞

     Andin menutup laptopnya kemudian mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya saat waktu sudah menunjukkan pukul 16:00. Hari ini ia melakukan banyak pekerjaan yang cukup melelahkan.

Selain rapat bersama jajaran direksi di pagi hari, siang harinya ia juga melakukan pertemuan dengan produser, sutradara dan penulis naskah film baru yang akan mereka produksi.

"Hei, ini id card sementara milikmu."

Andin melirik kartu identitasnya yang berada di tangan Joe lalu meraihnya. "Terima kasih." Ucapnya lalu mengalungkan id card itu ke lehernya.

Saat istirahat siang tadi wanita itu kembali lagi ke toilet yang pagi tadi ia datangi, dan ia tidak menemukan kartu identitasnya disana. Ia juga sudah bertanya pada office girl yang bertugas disana dan petugas itu mengatakan jika tidak ada barang yang tertinggal didalam toilet.

Hampir seluruh lorong di lantai 42 itu sudah ia telusuri namun tak juga menemukan barang yang ia cari. Entah kemana perginya id card itu.

"Tidak biasanya kau ceroboh seperti ini," ucap Joe bingung seraya bersandar di tepian meja.

Andin mendelik tajam. "Aku tidak akan kehilangan kartu identitas itu jika kau tidak memaksaku minum teh hijau buatanmu,"

Pria itu mengernyit. "Apa hubungannya antara teh hijau dengan kartu identitasmu?"

"Jika kau tidak menyuruhku minum secangkir teh hijau lima belas menit sebelum rapat dimulai, aku tidak akan berakhir di toilet dan kehilangan id cardku!" Andin mulai mengomel.

"Aku memberimu teh hijau agar kau bisa fokus dan berkonsentrasi saat berbicara didepan sana," Joe berdalih membela diri.

Andin berdecak kesal. "Tapi aku tidak membutuhkannya, kau yang memaksaku terus menerus!"

"Lalu kenapa kau mau meminumnya?"

"Aku meminumnya agar kau diam!" Pungkas Andin kesal.

Mata pria itu mengerling. "Okay, baiklah. Aku minta maaf." Joe akhirnya kembali mengalah.

"Wanita ini memang selalu meledak," timpalnya pelan seraya memasukkan barang barangnya ke dalam tas.

"Apa?"

Joe melirik wanita itu sekilas. "Tidak. Aku beri tahu, ya, jadi wanita itu jangan terlalu sering marah-marah. Nanti kau cepat tua," ucap nya santai.

"Heh!"

"Bye-bye girl!" Joe kabur menghindari amukan wanita galak itu.

"Sialan!"

∞∞∞

Aldebaran's Penthouse, 19:37

Aldebaran melangkah keluar dari lift yang terhubung langsung ke dalam penthousenya.

Seorang pelayan wanita berusia sekitar tiga puluh lima tahun berjalan ke arah Aldebaran. "Selamat malam, Tuan." Sapa pelayan itu sopan.

"Malam,"

"Ada yang bisa saya ambilkan untuk Anda sebelum makan malam, Tuan? Mungkin secangkir teh atau kopi?" pelayan wanita itu bertanya sopan.

Pria itu berpikir sejenak, sebelum kembali berucap, "tidak perlu. Siapkan saja makan malamku,"

"Baik, Tuan." Pelayan wanita itu mengangguk patuh.

Langkah kaki pria itu kembali bergerak menaiki anak tangga. Aldebaran mensejajarkan badannya dengan pendeteksi pintu masuk kamar, sedetik kemudian suara pintu terbuka pun terdengar.

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang