You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter∞∞∞
"Aku senang melihatmu tertawa lepas seperti ini," ucapan itu diiringi berkas cahaya cerah di wajah tampan Aldebaran.
Setelah pengkhianatan yang Andin terima, ia tidak lagi mengenal apa itu tertawa. Yang Andin lakukan hanyalah bersikap cuek dan dingin pada semua orang—terutama pria.
Andin memalingkan wajahnya. Manik cokelatnya terkunci pada iris tajam pria menyebalkan yang selalu menjadi pertama untuknya. Setelah lima tahun.
Aldebaran yang pertama kali memaksa Andin kembali berurusan dengan pria. Aldebaran yang memberinya perhatian dan kehangatan. Aldebaran yang membuat jantungnya kembali berdebar. Aldebaran yang mencium bibirnya. Aldebaran yang membuat Andin berani membuka hati.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya jika kehadiran Aldebaran Juan Adytama mampu memberikan efek besar bagi hidup Andin. Entah ia harus menyesalinya atau mensyukurinya.
Pandangan Andin menatap lurus ke arah langit-langit kamar. Netranya memancarkan benih kerinduan. "Ayahku selalu memiliki caranya sendiri untuk menghiburku. Biasanya dia akan memberikan sebuah lelucon konyol dan aneh yang selalu membuatku tertawa sampai perutku sakit,"
Seorang Andin yang bercerita adalah fenomena langka untuk Aldebaran. Gadis itu selalu menutup diri. Maka dari itu, sejak awal Aldebaran menyimaknya dengan penuh ketertarikan.
"Namun saat dia pergi, aku tidak bisa lagi merasakan momen itu. Aku kehilangan sosok yang membuat hari-hariku ceria," Andin menjeda. "Tapi sekarang kau membawaku bernostalgia kembali ke masa itu. Yang berbeda hanya peran Ayahku yang kau gantikan. Jadi, terima kasih."
Keduanya kembali bersitatap. Secercah ketenangan dan kehangatan menyelimuti benak Andin. Sorot mata lembut yang menatapnya memang tidak pernah salah. Gadis itu percaya. Aldebaran begitu menyayanginya.
Andin beringsut mendekat. Memeluk erat, seraya menenggelamkan wajahnya di dada Aldebaran. Nyaman. Kasih sayang lelaki itu meneduhkan jiwanya. Walau masih ada sedikit keraguan di hatinya.
"Aku ingin istirahat sejenak sebelum menyiapkan makan malam," Andin kembali mengingat jika ia masih harus memasak untuk Aldebaran.
"Kau bisa beristirahat disini," telapak tangan Aldebaran menyapu lembut punggung gadis itu untuk mengantarnya ke alam tidur.
Tak lama, Aldebaran bisa mendengar suara dengkuran halus dari gadis yang berada dalam dekapannya. Aldebaran pun ikut memejamkan mata.
Lebih dari dua jam mereka tertidur, Andin terbangun lebih awal. Kepalanya menoleh kecil ke belakang—Aldebaran masih tertidur dengan wajah lelahnya.
Dengan perlahan, Andin menyingkirkan lengan Aldebaran yang melingkar di perutnya. Lelaki itu tidak terbangun saat Andin sudah meninggalkan ranjang—tidur Aldebaran sangat pulas.
Andin berjalan menuju kamar lain yang ada di penthouse ini untuk pergi mandi, setelah sebelumnya mengambil tas dan perlengkapannya. Ia masih memiliki waktu satu jam sebelum menyiapkan makan malam.
∞∞∞
"Butuh bantuan?"
Andin memutar setengah badannya kala suara pria yang di kenalinya menyeruak. Gadis itu memicingkan mata—Aldebaran sudah berbalut kaos hitam. Helaian rambutnya juga masih terlihat basah. Tampilan rumahan seorang Aldebaran tidak mengurangi aura kekuasaannya.
"Tidak perlu." Tolak Andin halus, sebelum ia merutuki kesulitannya sedari awal ia berkutat dengan makanan laut ini. "Eh..., sepertinya aku butuh,"
"Apa?" tanya Aldebaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...