11

2.5K 421 63
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter

∞∞∞

     Adytama's Mansion, Sydney, NSW.

"Kau serius kita akan tidur bersama?" tanya Andin sesaat mereka tiba di lantai 2 mansion. Gadis itu cukup tercengang ketika Nayara dan Ardhan terlihat tidak keberatan jika dirinya dan Aldebaran tidur dalam satu kamar yang sama.

Sudut mata Aldebaran melirik Andin sejenak, ia menyeringai ketika melihat gadis itu terlihat sedikit panik. "Ya. Itu bukan hal yang aneh, kan?" balasnya santai.

Memang tidak ada yang aneh. Tapi untuk apa mereka tidur satu kamar, di saat beberapa kamar lain di mansion ini tidak ada yang menempati.

Langkah kaki Aldebaran berhenti di depan pintu kamarnya, tangan pria itu menekan gagang pintu. Hawa sejuk dari pendingin ruangan terasa menerpa tubuhnya. Aldebaran pun melenggang masuk tanpa beban.

Ketika punggung pria itu menjauh darinya, Andin bisa melihat dengan jelas bahwa di dalam kamar itu hanya terdapat satu ranjang berukuran besar.

Tubuh Andin masih berdiri kaku di depan pintu, gadis itu menggigit bibirnya sembari terus memikirkan bagaimana caranya ia menghindari situasi ini. Apa sekarang adalah waktu yang tepat untuk kabur?

"Hei, sedang apa kau di sana?" Aldebaran mengintip kearah pintu dan sedikit menaikkan suaranya kala Andin tak kunjung masuk ke dalam kamar.

Lamunan Andin buyar kala matanya menemukan Aldebaran berdiri di depan sana. Lelaki itu sudah melepaskan jasnya sehingga hanya menyisakan turtleneck hitam. Ia sedikit membasahi bibirnya sebelum berbicara. "Aku tidur di kamar lain saja, ya?"

Alis tebal Aldebaran terangkat sebelah. "Memangnya kenapa dengan kamarku?"

Kamarmu tidak masalah. Tapi kita yang bisa bermasalah! Batin Andin berteriak.

Andin melirik kearah lain tanpa menjawab pertayaan Aldebaran. Namun saat ia mengalihkan pandangannya, Andin menemukan sebuah pintu yang berjarak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Gadis itu kembali meluruskan pandangannya. "Ruangan di sebelahmu kamar juga, bukan? Lebih baik aku tidur disana saja,"

Tubuh Aldebaran menegang, secepat kilat dirinya berlari mengejar gadis itu. "Jangan!" Dengan sigap ia mencekal pergelangan tangan Andin yang sudah berada di gagang pintu.

Seketika Andin dibuat tersentak kala lelaki itu mencengkram tangannya cukup kuat. "Ada apa?"

"Ini bukan kamar." Kalimat itu keluar dari bibir Aldebaran dengan begitu tajam.

Andin mengernyitkan alisnya bingung, raut wajah pria itu tiba-tiba berubah dingin tapi sorot matanya memancarkan kegelisahan.

"Lalu ini ruangan apa jika bukan kamar?" tanya Andin menelisik. Ia curiga dengan perubahan ekspresi yang pria itu tunjukkan.

Aldebaran menelan salivanya berat. "Ruangan ini khusus untuk menyimpan barang-barangku," tandasnya meyakinkan gadis keras kepala yang sedang menatapnya penuh tanda tanya besar.

Jika ini hanya ruangan penyimpanan barang, mengapa dia harus panik seperti ini?

"Kalau begitu tunjukkan dimana letak kamar tamunya. Aku ingin tidur disana," Andin mengesampingkan rasa penasarannya pada ruangan ini juga sikap Aldebaran.

"Apa definisi tidur dengan seorang pria itu sangat buruk di matamu?" tanya Aldebaran mencibir.

"Bukan begitu, tapi-" suara Andin tertahan di tenggorokan, ia bingung harus bagaimana mengatakannya.

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang