You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Happy 100K✨️
Terima kasih banyak untuk kesetiaannya🫶∞∞∞
Aldebaran menyerahkan gelas bertangkai tinggi berisi cairan kuning keemasan kepada Andin yang tengah terduduk seorang diri di meja bundar dengan taplak putih dan hiasan bunga mawar segar yang begitu mempesona.
Beberapa saat yang lalu, mereka telah menemui kedua mempelai untuk memberikan ucapan selamat dan harapan. Lewat kesempatan itu juga Aldebaran memanfaatkannya untuk memperkenalkan Andin sebagai wanitanya.
"Kau ingin pulang?"
"Acaranya belum selesai." Andin menyesap separuh champange—nya hingga rasa nikmat itu menjalar sesaat melewati kerongkongan.
"Kita tak perlu berada di sini jika kau tak nyaman," gumam Aldebaran pelan.
Telapak tangan Andin mengusap halus tangan kanan Aldebaran yang berada di atas pangkuannya. "Aku baik-baik saja, Aldebaran."
"Baiklah, beri tahu aku segera jika sesuatu terjadi." Aldebaran menenggak habis sisa anggurnya secara langsung sebelum mengambil alih gelas dari tangan Andin kemudian meletakkannya di atas meja. "Ikut aku."
Terlihat garis kerutan di kening Andin. "Ke mana?"
"Berdansa." Dengan menggenggam tangan kekasihnya, Aldebaran menarik Andin menuju tengah ruangan. Para tamu yang hadir pun mulai ikut memenuhi lantai dansa. "Kau harus sesering mungkin melakukannya supaya dansa kita semakin baik."
"Lain kali tolong jangan memulai ide buruk ini lagi tanpa persetujuanku."
Aldebaran menyikapinya dengan santai, berbanding terbalik dengan Andin yang sedikit panik. "Kau harus percaya diri, sayang."
Jemari mereka saling bertaut bersamaan dengan tangan Aldebaran yang membalut pinggang ramping Andin. Seolah memiliki pemahaman tanpa kata, Andin meletakkan satu tangannya di bahu Aldebaran, membiarkan mereka merasakan detak jantung satu sama lain.
Lampu kristal yang menggantung di atas mereka, memantulkan cahaya yang lembut hingga menciptakan atmosfer magis di sekitarnya. Langkah kaki keduanya terdengar ringan, menari selaras dengan melodi indah piano dan saxophone.
Namun, semakin jauh berlangsung tingkat fokus Andin terancam oleh lelaki yang sedang mengurungnya. "Don't look at me with those eyes!"
"What eyes?"
Seketika ruangan terasa hening meski otak kecil dan seluruh bagian tubuhnya begitu riuh. Dengan cepat Andin memalingkan pandangan ketika debaran jantungnya semakin menggila karena mendapatkan sorot mata yang begitu intens dari Aldebaran.
Secara acak, manik Andin tertuju pada sosok Julie yang malam ini terlihat mempesona dengan gaun putihnya. Kesan pertama bertemu dengan wanita itu, Andin mengakui keramahan dan keanggunannya. "Aku heran mengapa kau tidak terpikat dengan Julie."
Alis tebal Aldebaran sedikit berkerut. "Apa maksudmu?"
"Lihatlah dia. Julie adalah wanita yang tidak memiliki kekurangan dari sisi mana pun. Apakah dulu kau buta sampai tidak terpikat dengannya?"
"Mengapa kau begitu mempedulikannya?"
"Aku hanya ingin tahu."
Telujuk Aldebaran menautkan beberapa helai surai Andin ke belakang telinga, lalu membisikkan sebuah kalimat, "Berhenti memikirkannya. Itu sudah tidak penting untuk kau ketahui karena aku sudah memilihmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...