09

2.2K 422 58
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

     Andin mendesah kasar ketika melihat satu buket bunga kembali ia temukan diatas meja kerjanya. Sepanjang dua minggu ini, Andin selalu mendapati kehadiran bunga di mejanya dan itu terjadi setiap dua hari sekali.

Setelah mawar merah, Andin mendapatkan mawar biru dengan sepucuk surat yang bertuliskan, "Beautiful."

Dua hari kemudian, Andin kembali mendapatkan bunga matahari dengan sepucuk surat yang bertuliskan, "Brown—eyed."

Lalu minggu berikutnya, Andin kembali mendapatkan bunga tulip dengan sepucuk surat yang bertuliskan, "Catch my attention."

Dua hari setelahnya Andin kembali mendapatkan bunga lily dengan sepucuk surat yang bertuliskan, "Adorable."

Dan hari ini, Andin kembali mendapatkan bunga peony dengan sepucuk surat yang bertuliskan, "Perfect."

Dan semua buket bunga itu tidak pernah terdapat nama pengirimnya.

Andin memindahkan bunga itu ke meja kecil yang ada disisi kirinya, ia sudah malas untuk memikirkan siapa pengirim bunga itu.

Hari ini cukup banyak pekerjaan yang harus Andin selesaikan sebelum weekend datang. Karena itu setelah menghadiri meeting di pagi hari dengan Aldebaran, ia terus disibukkan dengan setumpuk berkas.

Saat jam makan siang, Chris datang membawakan makan siang untuk Aldebaran dan juga dirinya. Andin sempat terkejut namun saat Chris mengatakan jika Aldebaran yang memerintahnya, ia tidak jadi berkomentar.

Andin pun terpaksa menyantap makan siangnya, dengan mata yang sesekali menatap layar komputer atau mengecek berkas berisi rentetan huruf dan angka yang membuatnya sakit kepala.

Sekitar jam dua siang, seorang office boy datang dengan membawa nampan berisi dua cangkir minuman.

"Saya tidak meminta kopi," ujar Andin saat office boy itu meletakkan satu cangkir minuman ke atas mejanya.

"Mr. Adytama menyuruh saya untuk membuatkan dua cangkir kopi. Satu untuk beliau dan satu lagi untuk Nona," ungkap office boy muda itu.

Andin terperangah untuk beberapa detik, sebelum akhirnya berucap, "baiklah, terima kasih. Kopi untuk Mr. Adytama biar saya saja yang mengantarnya," ucap Andin seraya mengambil alih nampan dari tangan office boy itu.

"Tapi, Nona—"

"Tidak apa. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu," kata Andin, kemudian office boy itu pun berpamitan.

Tanpa mengetuk pintu, Andin melenggang masuk kedalam ruangan Aldebaran. Ia melihat pria itu tengah fokus membaca lembaran berkas yang berada di kedua tangannya, mungkin kehadirannya juga tidak disadari.

"Kopi Anda, Sir."

Aldebaran mendongak cepat kala sang sekretaris meletakkan secangkir kopi hitam ke atas mejanya. "Mengapa kau yang membawanya?" tanyanya bingung.

"Mengapa Anda tidak menyuruh saya?" alih-alih menjawab, Andin justru kembali melempar pertanyaan.

"Kau sedang sibuk,"

"Membuat secangkir kopi tidak akan menyita waktu kerjaku,"

"Aku tahu. Tapi aku masih bisa menyuruh orang lain untuk mengerjakannya," tutur Aldebaran lembut.

Andin bergeming sejenak. "Ada hal lain yang Anda perlukan?"

"Tidak ada. Lanjutkan saja pekerjaanmu,"

Setelah itu Andin kembali ke meja kerjanya, ia menyeruput perlahan kopinya yang masih terasa panas. Tak lama datang seorang pria muda berkacamata menghampiri Andin.

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang