You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Alarm berbunyi tepat pukul setengah tujuh pagi, Andin bergerak bangun untuk bersiap ke kantor, karena ia tidak boleh datang terlambat. Setelah membersihkan diri, wanita itu melangkah ke arah lemari lalu memilih peplum dress berwarna navy untuk ia kenakan hari ini.
Wanita berambut cokelat itu merias tipis wajahnya lalu menatap dirinya kembali di depan cermin. Setelah memastikan penampilannya sudah baik, Andin mengambil laptop dan dokumen yang tergelatak di atas meja kerjanya.
Kakinya melangkah keluar kamar, Andin meletakkan semua barangnya ke atas meja dapur. Ia mengambil sekotak susu cokelat dari dalam kulkas lalu mengambil sebuah mangkuk dari laci. Kemudian mengambil toples berisi sereal di sudut meja dapur dan menuangkannya kedalam mangkuk disusul dengan susu cokelat.
Selesai sarapan ia memungut kunci mobilnya yang tergantung di dinding ruang tamu, lalu bergerak turun menggunakan lift menuju basement. Andin memakai sabuk pengaman lantas menekan pedal gas untuk membelah jalanan Sydney pagi ini.
Hanya butuh waktu dua puluh menit untuknya bisa tiba di Adytama Tower yang berada di kawasan Sydney Central Business District. Daerah yang padat gedung pencakar langit serta bangunan lain, diselingi juga oleh beberapa taman. Membentang di sepanjang dua perbukitan di bawah Macquarie Street dan York Street.
Andin segera menuju lift yang akan membawanya ke lantai 30. Saat pintu lift terbuka, langkah kakinya berbelok ke kanan lalu berjalan lurus menuju bilik kerjanya.
"Selamat pagi, Miss Abigail."
Sapaan Joe menyambut kedatangan Andin. "Pagi," balasnya singkat sembari menaruh barang bawaannya ke atas meja.
Joe yang terus berdiri disisi nya membuat Andin memalingkan wajah pada pria itu kembali dengan satu alis terangkat. "What?"
Pria itu menggerakkan matanya ke bawah, seperti sedang melihat dirinya sendiri. Lalu kembali menatap Andin yang masih terlihat bingung. "Bagaimana?"
"Oh, penampilanmu?" tanya Andin yang langsung dijawab anggukan oleh Joe. Setelahnya ia menampilkan raut wajah menilai dengan tangan kanan yang berada di dagu.
Kemeja berwarna putih tanpa dasi dipadukan dengan jas merah muda yang senada dengan celananya. Pemilihan warna yang cukup berani tapi itu sangat menggambarkan seorang Joe-menyukai semua hal yang berwarna cerah. "Perfect," responnya singkat.
Senyum merekah keluar dari bibir pria itu. "Aku tahu kau akan berkata seperti itu," balas Joe percaya diri. "You looks good, Andin. Tapi, bibirmu masih terlihat pucat," imbuhnya kini berbalik menilai penampilan wanita itu.
"Aku memakai lipstik yang biasa aku pakai,"
"Tapi untuk hari ini kau perlu warna yang lebih cerah, kau akan tampil di depan orang penting,"
"Ini sudah cukup, Joe."
Joe berdecak. "Kurang, Andin. Pakai lipstikku yang warna merah, ya? Pasti kau akan semakin terlihat bersinar," sarannya.
"Jika aku berpenampilan terlalu mencolok aku akan menjadi pusat perhatian. Dan aku tidak suka itu," selain cuek Andin juga tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Ayolah, untuk hari ini saja," Joe memaksa.
"No."
"Come on," Joe masih berusaha.
Andin dengan sifat keras kepalanya. "No means no."
"Please,"
"Lebih baik kau bantu aku mempersiapkan semuanya, dibanding memaksaku melakukan hal yang tidak aku inginkan." Setelah kalimat itu Joe memilih mengalah dan membantu Andin mempersiapkan rapat penting yang akan dimulai satu jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...