You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Seorang wanita berjalan keluar melewati pintu kedatangan seraya mendorong satu suitcase kecil. Wanita itu mempercepat langkahnya menuju mobil sedan yang sudah terparkir di depan sana. Sang supir dengan cepat mengambil alih koper untuk di masukkan ke dalam bagasi. Namun belum sampai wanita itu menarik gagang pintu, sebuah panggilan mengalihkan perhatiannya.
"Miss Sheenan."
Haluan Bianca berganti, matanya menyipit kala menangkap sesosok pria dalam balutan turtleneck hitam dan jas dengan warna senada tengah berjalan ke arahnya.
Tanpa sadar Bianca mengumpat dalam hati, ketika tangan kiri pria itu melepas kacamata hitam yang sebelumnya bertengger di hidung mancungnya. Putra sulung keluarga Adytama yang kemarin ia lihat lewat media sosial kini ada di hadapannya.
"Bisa minta waktumu sebentar?"
Alis Bianca terangkat sebelah. "Untuk apa?"
"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan," ucap Aldebaran.
Jelas sekali, ini pasti ada hubungannya dengan Andin. "Okay," Bianca beralih pada pria yang berdiri tegap di sisi pintu kemudi. "Tunggu di sini."
"Baik, Nona."
Bianca berjalan lebih dulu, sedangkan Aldebaran hanya mengikuti dari belakang. Wanita itu memilih sebuah kedai kopi yang ada di dalam area bandara. Setelah memilih dan membayar minuman yang mereka pesan, keduanya menempati kursi yang berada di pojok—tak banyak lalu lalang orang.
"Dari mana kau tahu aku ada disini?" Bianca membuka pertanyaan.
"Aku tidak sengaja membaca pesanmu," ketika urusan Aldebaran dengan Jack telah selesai, ia mendapati ponsel gadis itu berdering dan menampilkan satu pesan dari Bianca.
"Berarti Andin belum tahu aku—" Bianca berhenti bicara ketika pria itu sudah lebih dulu mengiyakan.
"Reynold datang menemui Andin. Apa kau tahu?" kini giliran Aldebaran yang balik bertanya.
"Itulah alasanku mengapa ada di sini," Bianca tidak akan tiba di negeri kanguru secepat ini jika bukan karena masalah itu. "Omong-omong, apa yang kau ingin bicarakan?" lanjutnya.
"Tentang Andin." Aldebaran membenarkan posisi duduknya, sebelum kembali berucap, "Lima tahun lalu, kau yang membantu pelarian Andin, bukan?"
"Ya. Aku dan Kakakku tepatnya," jawab Bianca tanpa beban. Lagi pula, Bianca mengerti pria itu bertanya hanya untuk pembuktian.
"Kau tahu apa masalahnya?" Aldebaran mencoba menyelidiki.
Bianca tak langsung menjawab ketika seorang pelayan datang dengan nampan berisi dua cangkir minuman yang berbeda. Bianca kembali berbicara setelah pelayan itu pergi. "Andin menceritakannya padaku. Tapi aku tidak akan mengatakannya padamu," untuk hal ini ia memilih tutup mulut.
Saat wanita itu tidak ingin angkat bicara, Aldebaran mengajukan pertanyaan selanjutnya. "Apa kau mengetahui tentang identitas baru Andin?"
"Tentu. Dia memaksa Ben untuk membuatkannya. Andin takut Reynold akan mencarinya, jika ia tidak mengganti identitasnya. Karena hanya aku dan Ben yang mengetahui keberadaan Andin di Australia," kali ini Bianca memaparkannya dengan jelas.
Benang merah keraguan yang semalam Aldebaran jahit telah berbentuk. Dugaan ia dan Jack tepat sasaran. "Lalu apa yang terjadi setelahnya? Apa Andin melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya?" Aldebaran tak henti menginterogasi Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...