You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter∞∞∞
Present Day.
Saat waktu menunjukkan pukul 7 malam, Aldebaran kembali ke apartemen Andin dan menemukan Bianca tengah duduk di ruang tamu dengan potato chips di pangkuannya.
"Dimana Andin?"
Bianca menoleh sejenak. "Dia sedang mandi," jawabnya singkat lalu kembali mengunyah.
Satu alis Aldebaran terangkat ke atas saat menemukan lima cup ice cream berukuran kecil tergeletak di atas meja. "Siapa yang memakan es krim sebanyak itu?"
"Siapa lagi kalau bukan kekasihmu,"
"Tidak biasanya," gumam Aldebaran sedikit terheran.
"Kau sudah kembali?"
Aldebaran mengalihkan tatapannya, Andin tengah berjalan ke arahnya dengan piyama putih yang membalut tubuhnya. Pewaris tunggal Adytama Corp itu tersenyum manis. "Sudah lebih baik?" telapak tangannya membelai lembut pipi Andin.
Gadis dengan rambut terurai itu mengangguk. "Ah, ya. Tadi aku meminta Jack untuk membelikan es krim dan beberapa camilan. Tak apa, bukan?" Andin terpaksa melakukan itu karena Aldebaran tidak mengizinkannya keluar apartemen.
"Tak masalah, sayang."
"Baiklah karena kekasihmu sudah datang, aku akan pulang." Ujar Bianca seraya bangkit dari duduknya lalu menaruh camilannya ke atas meja. Ia akan kembali ke apartemennya yang dulu pernah di tempati Andin selama dua tahun, sebelum sahabatnya itu membeli satu unit baru.
"Kau tidak menginap disini?" tanya Andin menghampiri sahabatnya.
Bianca menolak cepat. "Aku tidak ingin mengganggu kalian. Besok aku akan kembali kesini sebelum pulang,"
"Baiklah. Terima kasih sudah menemaniku," keduanya berpelukan sejenak. "Bye!" Bianca pun kembali ke apartemennya yang hanya berbeda satu lantai.
"Kau sudah makan malam?"
Andin kembali mengalihkan perhatiannya pada pria yang berdiri menjulang di hadapannya. Jas mahal yang semula Aldebaran kenakan sudah tersampir di lengannya dan hanya menyisakan turtleneck hitam yang membalut tubuh kokohnya. Andin menggeleng kecil. "Belum,"
"Aku sudah meminta pelayan untuk membawakan makan malam. Mungkin sebentar lagi akan datang," Aldebaran melihat gadis itu mengangguk. "Sembari menunggu makanan datang, aku ingin meminjam kamar mandimu untuk membersihkan diri."
Beberapa menit kemudian, Aldebaran telah berganti pakaian dengan kaos putih dan celana santai. Ia keluar dari kamar dan mendapati Andin tengah menata meja makan. Berbagai macam hidangan sudah tersaji di atas sana. Keduanya duduk berhadapan dan mulai makan malam bersama.
Saat Andin telah bersiap untuk tidur—setelah selesai membereskan bagian dapur, dahinya mengernyit kala melihat Aldebaran tak kunjung kembali ke penthousenya. Pria itu malah bersandar di atas ranjangnya. "Kenapa kau belum pulang?"
Mata Aldebaran berganti arah dari layar ponsel. "Aku akan bermalam di sini lagi. Aku masih mengkhawatirkanmu,"
"Aku sudah baik-baik saja, Aldebaran."
"Ya, tapi aku akan tetap menemanimu."
"Kalau begitu kau bisa memakai kamar tamu," ujar Andin sembari duduk di tepi ranjang setelah meredupkan lampu utama, hingga hanya menyisakan cahaya dari lampu tidur yang menggantung di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...