You can find me on ;
@ainaaprl – instagram
@aaaaprl – twitter∞∞∞
Keesokan harinya, Andin terbangun di pagi hari sebelum cahaya matahari muncul. Namun kali ini sedikit berbeda, gadis itu bangun tanpa semangat.
Bahkan Andin menghabiskan waktu lebih lama didalam kamar mandi, seperti sedang sengaja mengulur waktu agar ia tidak cepat-cepat tiba di kantor.
Hari ini adalah hari pertama ia bekerja sebagai sekretaris dari Aldebaran Juan Adytama. Pria paling menyebalkan dan pemaksa yang pernah Andin kenal.
Ia tidak butuh waktu lama untuk menilai sikap dan sifat lelaki itu. Sejak awal mereka bertemu, Aldebaran sudah menunjukkannya secara terang-terangan.
Andin tidak mengerti. Ia merasa setelah pertemuan pertamanya dengan Aldebaran, pria itu selalu terlibat di dalam hidupnya. Seperti takdir yang sengaja terus mempertemukan dirinya dengan lelaki itu.
Gadis itu masih belum bisa menerima kenyataan jika dirinya akan terus berhadapan dengan seorang pria bernama Aldebaran.
Karena terlalu memikirkan nasibnya, Andin tidak menyadari jika ia sudah terlambat sepuluh menit dari waktu biasa ia berangkat. Setelah menggigit potongan terakhir roti dengan selai coklat, Andin mengambil tas lalu melangkah keluar.
Saat tiba di kursi kemudi, Andin segera menekan tombol start engine sebelum ia benar-benar terlambat. Ia tidak ingin terjebak kemacetan. Namun belum juga ia menekan pedal, alisnya mengerut ketika putaran mesin yang semula normal kini mendadak mati.
Andin terus mencoba menekan tombol start engine beberapa kali tapi tetap berakhir sama. Gadis itu melepas sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil. Ia membuka kap mesin dan menatap bingung semua komponen yang tertanam di dalam sana.
Gadis itu terdiam. Matanya mengedar menatap semua komponen mesin yang ada disana, ia sedang mencari letak permasalahannya ada dimana. Tapi setelah dua menit, Andin mendesah kasar. Ia tidak dapat menemukan bagian mana yang bermasalah.
Sudahlah, Andin menyerah. Ia menutup kembali kap mesin itu kemudian mengambil tasnya. Ia berjalan ke arah lift untuk naik ke lantai satu.
Saat kotak besi itu tiba di lantai tujuannya, ia melangkah keluar dengan terburu-buru. Jari Andin sibuk mencari satu nama di kontak ponselnya, ia akan menghubungi Joe untuk menumpang ke kantor.
∞∞∞
"Dia sudah keluar gedung, Sir." Lapor seseorang di seberang telepon. Tanpa memberikan respon, pria itu mematikan panggilannya sepihak.
Dari balik kacamata hitamnya, manik tajam Aldebaran terfokus pada seorang wanita yang sedang berjalan cepat ke arah halte dengan ponsel yang menggantung di depan telinganya. Tak lama kemudian, mobil hitamnya keluar dari tempat persembunyian.
"Ayo, Joe. Angkat teleponnya." Andin terus bergumam saat pria itu tidak kunjung menjawab panggilannya.
Setelah panggilan pertamanya diabaikan, Andin tidak menyerah dan kembali menghubungi pria gemulai itu. Astaga, kenapa dalam situasi mendesak seperti ini Joe sangat susah dihubungi.
Andin berdecak kesal, panggilan ketiga terpaksa ia lakukan. Jantungnya mulai berdetak tak karuan ketika menyadari ia akan benar-benar terlambat.
Sudah pasti pria menyebalkan itu akan mengoceh berisik di depannya saat ia tiba di kantor. Ah, dia harus mulai menebalkan telinganya dari sekarang.
Namun belum juga panggilan itu terangkat, sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Tak lama kaca mobil itu terbuka, seorang pria melepas kacamata hitam yang semula menggantung sempurna di hidungnya lalu menoleh ke arah Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...