06

3.3K 404 39
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

     Adytama's Tower, Sydney Central Business District.   

Satu tangan Andin membawa cup coffee sedangkan satu tangannya lagi membawa sebuah map berkas. Ia melangkah kembali ke bilik kerjanya seraya mengernyit, menyadari jika Joe belum kunjung keluar dari ruangan Monic.

"Joe belum keluar?" tanya Andin pada yang seorang rekan satu timnya yang duduk di seberang meja.

Wanita itu menggeleng. "Belum, sepertinya ada hal penting yang mereka bicarakan."

Maniknya melirik jam yang melingkar di tangan kiri, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Joe terhitung sudah hampir dua jam berada didalam sana.

Sebenarnya Andin ingin sekali mengetuk pintu ruangan itu dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan. Karena jika ini situasi penting Monic pasti akan melibatkan dirinya dan juga Joe. Tapi kali ini Monic hanya melibatkan Joe, tidak dengan dirinya.

Andin melirik ruang kerja Monic sejenak sebelum mendudukkan kembali dirinya dan kembali bekerja.

Dua puluh menit kemudian pintu ruang kerja Monic terbuka. Andin memalingkan wajah lalu menemukan Joe sedang berjalan ke arahnya.

"Kenapa kau lama sekali? Apa ada masalah penting?" tanya Andin penasaran seraya memutar kursi ke arah kiri.

"Ya, ada sesuatu terjadi." Ucap Joe dengan nada suara yang terdengar serius.

Gadis itu bergerak bangun dari duduknya dengan cepat. "Ada apa?"

"Sebenarnya ini bukan masalah besar, tapi aku yakin kau pasti akan senang saat tahu hal ini."

"Cepat beri tahu aku ada apa!" desak Andin.

Raut wajah Joe berubah seketika pun sudut bibirnya melebar sempurna. "Mulai besok kau resmi menjadi sekretaris Mr. Adytama. Congratulations!" pria itu lekas memeluk Andin yang masih terdiam.

Andin mengerjap beberapa kali dirinya mencoba mencerna kata-kata itu. "Tunggu, maksudmu aku-"

Lalu di detik berikutnya bola mata Andin membesar bersamaan dengan dirinya yang menjauh dari Joe. "What?!" pekiknya keras.

"Kau akan jadi sekretaris CEO kita yang tampan, Andin." Joe memperjelas dugaan Andin.

Gadis itu terkekeh sumbang. "Tidak mungkin, Joe. Jangan mengarang,"

"Kau tidak percaya?"

"Mana buktinya? Aku tidak menerima surat apapun," Andin tetap menyangkal.

"Surat pemindahan jabatanmu ada di Monic. Silahkan kau lihat sendiri," kata Joe kembali serius.

Joe sedang tidak dalam mode bercanda, Andin menyadarinya. Karena itu ia berjalan cepat ke arah ruangan Monic.

"Astaga!" wanita yang sedang duduk tenang itu terperanjat saat seseorang masuk dengan tiba-tiba. "Andin, kau mengejutkanku."

Andin menutup pintu terlebih dahulu sebelum berbicara pada sang manajer. "Tolong ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, Mon." Gadis itu langsung menginterogasi Monic.

"Joe sudah mengatakannya, ya?" tebak wanita itu ragu.

"Dia berbohong, kan?"

"Maafkan aku, Andin. Apa yang dikatakan Joe adalah benar," sesal Monic.

"Tapi kenapa aku tidak tahu sama sekali tentang ini? Mengapa kau tidak bilang padaku?"

Monic menghela napas. "Awalnya aku juga menolak ketika surat ini datang padaku, tapi Mr. Adytama mengatakan ini bukanlah permintaan. Ini perintah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa,"

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang