You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter∞∞∞
"Tunggu!" cegat Andin secepat kilat, kepanikannya begitu kentara sesaat kesadarannya ia renggut kembali. "Apa yang kau lakukan?!"
"Aku masih belum puas mencuri ciuman darimu," ujar Aldebaran secara terang-terangan.
Manik Andin melebar sempurna. "Aku harus kembali bekerja! Tidak! Kita harus kembali bekerja!" kalimat terakhir penuh penekanan di setiap katanya.
Aldebaran melirik jam tangan Rolex yang melingkar di tangan kirinya. Ide cemerlang pun seketika muncul. "Bagaimana jika dengan sisa waktu yang kita punya, kita habiskan dengan melakukan kegiatan menyenangkan?" tanyanya yang di akhiri seringaian.
"Kau!" Andin melayangkan satu pukulan ke dada Aldebaran. "Tidak ada! Enyahkan pikiran itu dari otakmu!"
"Aku serius, sayang."
Andin mencebikkan bibirnya. "Tidak! Astaga, lupakan hal itu!"
"Ayolah, sayang." Aldebaran semakin gencar menjahili gadis galak di depan matanya.
"Hentikan, Aldebaran!"
Kekehan ringan keluar dari belah bibir miliuner muda tersebut. "Lagi pula kita tidak bisa membuat itu terlaksana di saat kau masih mendapatkan tamu bulanan."
Andin mengerjap beberapa kali. Sontak pernyataan itu membuat kedua pipinya memerah. "Ah, sudahlah! Aku ingin kembali ke mejaku!"
"Siapa yang memperbolehkan kau pergi? Kau belum mengantongi izin dariku," Aldebaran tak membiarkan gadis itu keluar dari jangkauannya.
"Aku harus mengejar deadline sebelum masa liburanku di mulai!"
"Baiklah, aku akan melepasmu." Ada jeda sejenak, sebelum Aldebaran melanjutkan perkataannya. "Tapi dengan satu syarat."
Raut wajah Andin mulai menunjukkan rona frustasi. "Ya Tuhan, apalagi?!"
"Berjanjilah untuk menetap di penthouse—ku. Bukan hanya untuk lima hari ke depan, namun untuk seterusnya."
"Kau belum menyerah juga ternyata," seru Andin tak habis pikir.
"Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupku."
"Jika aku tetap menolaknya?"
"Aku akan terus memintanya setiap hari, setiap jam bahkan jika perlu setiap detik. Aku tidak peduli jika kau bosan, karena aku takkan berhenti memohon sampai kau menerimanya." Aldebaran mengedikkan bahunya santai.
Gadis itu memutar bola mata malas mendengar jawaban yang Aldebaran lontarkan. "Kau memang pria menyebalkan."
Aldebaran pun tergelak. "Jadi, bagaimana?" tanyanya, yang hanya di respon dengan satu alis terangkat oleh Andin. "Your answer, baby."
Andin bergeming, manik keduanya saling bersitatap. Riuh melanda kepalanya, karena berkutat dengan banyak pertimbangan. Andin menghela napas untuk kembali bersuara. "Baiklah."
"Apa?"
"Aku akan tinggal di penthouse—mu."
Senyum menawan di wajah pewaris tunggal Adytama Corp pun mengembang. "Good girl." Aldebaran mengecup kening pujaan hatinya dengan penuh kasih sayang, sebagai tanda terima kasih. Disusul dengan merengkuh tubuh mungil milik Andin yang sangat nyaman untuk dijadikan tempat bermanja.
Namun sayangnya, kemesraan dua insan tersebut terganggu akibat dering ponsel milik Aldebaran.
"Ponselmu." Andin memberi isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer
RomanceAldebaran Juan Adytama baru menunjukkan batang hidungnya setelah beberapa tahun tinggal di Amsterdam. Kepulangannya itu membawanya pada sebuah pertemuan tak sengaja dengan Andin Abigail, wanita yang saat itu tidak sadar menjatuhkan id cardnya tepat...