48

1.5K 308 65
                                    

You can find me on ;
@ainaaprl - instagram
@aaaaprl - twitter

∞∞∞

     Dua hari sebelum keberangkatan mereka ke Amsterdam, secara mendadak suhu tubuh Aldebaran kembali naik. Baik Aldebaran maupun Andin terpaksa harus absen dari kantor dan menugaskan Chris untuk menghadiri semua rapat atau pertemuan dengan klien yang sudah terjadwal di dalam agenda.

"Bagaimana kondisinya, Dokter?"

dr. Daniel melepaskan stetoskopnya kemudian berkata, "Tn. Adytama hanya memerlukan istirahat yang cukup. Tak ada yang perlu Anda cemaskan, Nona."

"Sudah kubilang, aku baik-baik saja, Andin." Sejujurnya demam yang Aldebaran derita tidak separah yang kalian bayangkan. Aldebaran menghargai perhatiannya, tetapi kekhawatiran Andin terlalu tinggi, hingga sulit bagi Aldebaran untuk mencegahnya.

Seharusnya Aldebaran juga berkaca, dirinya juga memiliki tingkat kekhawatiran yang tinggi pada Andin.

"Lusa nanti kita akan melakukan perjalanan ke Amsterdam. Apakah tak masalah untuknya?" Andin tak menghiraukan kicauan pembelaan pria itu.

"Jika besok suhu tubuhnya sudah normal, saya akan mengizinkannya." Dokter muda itu menatap ke arah wanita yang berdiri di ujung tempat tidur. "Nona cukup memberinya vitamin di pagi hari, lalu paracetamol tiga kali sehari setelah makan serta dibantu tidur yang cukup, maka demamnya perlahan akan turun."

"Baiklah. Terima kasih banyak, Dokter."

Ketika dr. Daniel telah meninggalkan kamar, Aldebaran kembali melontarkan pembenarannya. "Kau dengar sendiri, bukan? Dokter saja tidak melarangku pergi, kau terlalu memperbesar situasi ini, Andin."

"Baiklah, kau benar. Tapi aku akan tetap memastikan nutrisimu tercukupi agar kau lebih cepat pulih dan tidak mudah sakit." Andin mengaku kalah dan memilih mengakhiri perdebatannya.

"Aku serahkan semuanya padamu, sayang."

"Kalau begitu istirahatlah. Aku akan membangunkanmu saat makanan sudah siap."

"Jangan pergi, temani aku sebentar." Aldebaran menampakkan raut wajah memohon agar wanita itu mengabulkannya.

"Astaga, bayi besar ini selalu saja merepotkanku jika sedang sakit." Walaupun mulutnya terus menggerutu, Andin tetap melangkah mengitari ranjang lalu menempati bagian yang kosong dengan bersandar.

Lengan besar Aldebaran langsung menyelinap mengelilingi perut Andin, tak lupa sembari mencari posisi nyamannya. "Jika kau ingin aku cepat tidur, maka aku harus memelukmu lebih dulu."

"Ya, sayang. Kalau begitu pejamkan matamu sekarang." Telapak tangan Andin terangkat untuk mengusap kepala bagian belakang hingga punggung tegap Aldebaran. Dan memang benar, tak butuh waktu lama lelaki itu sudah terlelap dengan tenang. Ketika dirasa Aldebaran sudah benar-benar masuk ke alam tidurnya, Andin merapikan selimut yang menutupi sebagian tubuh Aldebaran kemudian beranjak menuju dapur untuk memasak makan siang.

∞∞∞

Amsterdam, Netherlands
08:00

Dengan durasi penerbangan kurang lebih 22 jam, akhirnya jet pribadi yang mereka tumpangi tiba di Bandar Udara Schiphol Amsterdam. Sebagian perjalanan mereka diisi dengan mendiskusikan pekerjaan bersama Chris dan didominasi oleh kegiatan bersantai. Namun, Andin tidak mengizinkan Aldebaran untuk bekerja terlalu berat demi menjaga kondisi badannya agar tetap stabil.

Karena pesta pernikahan Julie diadakan malam nanti, Aldebaran lebih dulu mengajak Andin untuk berkeliling di sekitar kota sebelum bertandang ke penthouse miliknya. Destinasi pertamanya adalah menyusuri kanal Amsterdam yang menjadi bagian kota paling indah layaknya gambaran di cerita dongeng.

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang