EPISODE 1

3.5K 255 80
                                    

Dirga Putra Nusantara berumur dua puluh satu tahun, seorang pria bersurai rambut merah putih, dengan kulit sawo matang ditambah dengan mata hitam yang sangat lekat dan rambut full merah, dengan sedikit putih dibawahnya.

Kini dia sedang mencari pekerjaan yang bisa menerimanya. Sebelumnya dia juga bekerja ditempat toko buku, akan tetapi sayangnya karena toko buku itu bangkrut akhirnya gulung tikar.

Mencari pekerjaan itu sangat sulit, apa lagi pekerjaan yang bisa menerima lulusan SMA saja. Beberapa minggu dia mencari pekerjaan sambil menjadi tukang panggul agar dia bisa makan untuk hidup sehari-hari. Tapi penderitaan mencari pekerjaan cukup dihentikan pada minggu ketiga.

Dirga akhirnya menemukan perusahaan yang sedang mencari pekerja untuk menjadi OB. Tidak apa, walaupun menjadi OB setidaknya dia mempunyai pekerjaan yang layak.

Dirga atau biasanya dipanggil Dirgantara diterima lamarannya oleh salah satu perusahaan yang cukup besar dan terkenal itu, kini dia sedang menjalani interview untuk menemukan dan menentukan kecocokan antara karakteristik pelamar dan persyaratan pekerjaan. Mendapatkan informasi lain yang dibutuhkan oleh posisi dan perusahaan. Membantu menemukan pelamar kerja yang memenuhi syarat.

Jadwal interview-nya adalah besok, Dirga harus siap dengan apa yang akan terjadi besok, siap dengan perubahan takdir yang akan dia jalani.

Sebuah rumah kontrakan yang terletak diantara beberapa rumah yang menjajar, pria muda bersurai rambut full merah dengan putih itu tinggal diantara kalangan orang-orang yang sudah menikah. Dia terkenal dengan ketampanan dan baik hatinya. Siapa yang tidak suka kepadanya? Bahkan anak-anak komplek maupun ibu-ibunya mereka saling mencari perhatian sang pemuda itu.

Dia juga terkenal akan keramahan dan seorang pekerja keras. Diumur yang seharusnya cukup untuk menikah, akan tetapi dia cukup tertutup jika menyinggung tentang cinta. Karena dia sangat lemah dalam bidang itu.

Dirga : Hm, apakah aku akan diterima besok?

Dirga : Bagaimana jika tidak? Harus cari kemana lagi, lagian dalam tiga minggu ini aku hanya mendapatkan satu lowongan pekerjaan, itupun saingannya sangat kuat-kuat.

Dirga : Sialan, aku kira kehidupanku akan berubah menjadi lebih baik jika sudah besar, tapi ternyata tidak sama sekali.

Dirga : Ahh, aku terlalu banyak berfikir. Sekarang mari tidur dan bersiap untuk besok.

Dirga mematikan lampu kamarnya, kemudian mencoba untuk tidur--- tapi ternyata dia tidak bisa. Beberapa kali dia mencari titik nyaman posisi tidurnya, tapi itu sama sekali tidak membantu. Semua kecemasan akan hari esok membuatnya semakin tidak karuan--- hingga pagi datang menyambutnya yang masih balik kesana kemari hingga sprei kasur miliknya sudah berantakan. Dia berteriak frustasi.

Terpaksa dia harus bangkit dari kasurnya yang masih belum dia nikmati, membuka jendela kamar yang tiba-tiba disambut oleh terik matahari pagi yang masuk tanpa permisi menerangi kamarnya. Begitupun dengan udara pagi yang sangat sejuk membuatnya bergetar kedinginan.

Dirga : Kenapa waktu cepat berlalu...

Dirga mengambil handuk bersiap untuk mandi, dengan kaos hitam dan boxer yang tidak sampai menutupi paha, dia berjalan malas kearah kamar mandi.

Gayung love dan beberapa benda untuk mandi disana tertata rapih, bahkan cermin 'pun ada disana. Dirga memulai aktivitasnya mandi, mulai dari membasahi kepalanya, wajah hingga seluruh tubuhnya. Air dingin sudah biasa baginya karena dia selalu bergelut ria dengan air dingin di pagi hari.

Tidak terasa tiga puluh menit berlalu, dia masih memiliki waktu satu jam untuk pergi disana. Semua sudah terpakai rapih di posisinya masing-masing. Dirga menatap dirinya sendiri diantara cermin yang memantulkan seluruh tubuhnya itu, bergaya ala cowok cool.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang