EPISODE 22

945 167 25
                                    

Sudah diputuskan, Asean sendiri yang akan menunggu Dirga di sana. Dia menyuruh semua anak-anaknya untuk pulang karena jika tidak, hal yang tidak diinginkan akan terjadi-- yaitu membuat keributan para pasien. Kalian tau sendiri bukan bagaimana sifat dan sikap mereka semua? Ya seperti itulah.

Hingga malam semakin larut, Dirga masih belum terbangun dari posisinya. Sudah beberapa kali juga WHO cek semua yang disuruh oleh Asean dan hasilnya normal, normal, dan normal.

WHO : Apakah dulu kau pernah melihat Indonesia seperti ini, Asean?

Asean menggelengkan kepalanya, tahu dia adalah Pangeran Nusantara saja dari anaknya. Hubungan Papah dan anak tidak selancar yang kalian kira, karena ternyata tidak ada satupun yang tahu ketika Indonesia pindah ke Mansion Asean, bahwa dirinya adalah seorang Pangeran dari pasangan Majapahit dan Zamrud Khatulistiwa yang datang dari masa lalu. Tidak ada satupun juga foto yang mengekspos wajahnya bersama keluarga Asean.

Kenangan peninggalan Indonesia hanyalah chip video, dan bambu runcing yang dililit dengan pita berwarna merah putih-- sampai sekarang masih dikubur di belakang Mansion Asean, juga simbol kematiannya.

Asean duduk di kursi yang telah disediakan, menatap lamat-lamat wajah sang pemuda bersurai merah putih itu dengan penuh tanda tanya. Ternyata kehidupan Indonesia belum sepenuhnya terungkap oleh mereka.

Asean : Indo, sayang bangun.

Tidak ada jawaban tapi Asean masih mengoceh.

Asean : Setidaknya jika kamu adalah mata biru, bangun dan ceritakan semuanya kepadaku! Aku yakin antara Indo atau Mata biru itu ada di tubuh manusia bernama Dirga ini.

Asean : Aku mohon.

Sekejap ucapan terakhir Asean bagaikan sihir yang membuat pria terbaring lemah di hadapannya langsung membuka matanya lebar-lebar. Dengan nafas yang memburu dia terus menghirup oksigen di sana dengan rakus.

Asean terkejut, dia hampir terjatuh dari kursi yang dia duduki-- Dirga sama sekali tidak memberi peringatan kepada Asean bahwa dirinya akan sadar.

Karena keterkejutan, Asean langsung panik dan beranjak dari kursinya untuk memanggil WHO, tapi hal itu dihentikan ketika Dirga membuka suara.

Dirga : T-tunggu, Asean!

Dirga : Agrhkk--

Dia memegangi sebelah matanya yang perlahan berubah menjadi warna merah. Sebelah kiri matanya telah berubah menjadi ... warna biru diamond-- astaga, bukankah itu warna mata Indonesia?!

Asean : A-- Indo ... Indo, Indo-- Nak, kamu Indo?!

Asean kembali mendekat dengan tangan gemetar berusaha untuk meraih wajah Dirga.

Dirga masih meringis mata kananya yang berwarna merah kembali menjadi warna hitam, sementara mata kirinya masih berwarna biru.

Dirga : A-asean, aku tidak bisa berlama-lama, tapi ambilah bambu runcing Indonesia sekarang!

Asean menatap Indo dengan tatapan penuh khawatir, bingung, bahagia, sedih, dan lainnya-- sekarang dia harus bagaimana? Apa yang harus dia lakukan?!

Mendengar permintaan Dirga dia langsung membuka ponselnya menelpon salah satu anaknya di Mansion.

Asean : Ayolah, angkat!

Sementara Asean sedang sibuk dengan telponnya, mata kiri Dirga perlahan menjadi warna merah seperti mata kanannya sebelum berubah menjadi hitam kembali.

Ringisan terdengar ke ruangan sebelah, membuat sang penghuni langsung menyalakan bel butuh bantuan kepada dokter disana.

Dirga : A-- ahhhrg Asean, berikan kepadaku ketika-- ugh! Ketika aku kembali mengendalikan tubuh ini-- aku tidak bisa lama-lama---!

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang