EPISODE 37

681 117 32
                                    

Genap satu minggu sudah kejadian itu berlalu. Kini kehidupan Dirga agak sedikit berubah, beberapa kali anak-anak Asean mencoba untuk bertemu dengannya, tapi Dirga selalu menghilang dan acuh terhadap perhatian yang selalu mereka berikan.

Palestina : Dirga, bisakah kau buatkan tiga latte untuk pesanan meja nomor 10? Aku akan mengantarkan coffee seperti biasa.

Dirga : Baiklah.

Suasana cafe sudah tidak seramai satu minggu yang lalu, beberapa hari ini Dirga sudah tidak menyapa sang pelanggan-- ketika di tanya 'pun dia hanya menjawabnya dengan singkat.

??? : Hm, sudah lama kita tidak santai begini.

Dirga : Ya.

??? : Mau istirahat?

Dirga masih sibuk membuat tiga cangkir coffee tidak sempat menatap wajah perempuan di sebelahnya.

Dirga : Tentu.

??? : Oke, setelah pergantian jam.

Lawan bicaranya hanya mengangguk membalas ucapan dari dirinya.

Setelah tiga cangkir latte itu selesai, dia langsung mengantarkannya, walaupun dia banyak berubah-- sikap profesionalnya tidak pernah hilang.

Dirga : Nikmati coffee anda, tuan.

Russia : Dirga.

Ketika Dirga sibuk mengendalikan senyumannya, pelanggan itu memanggil namanya yang membuatnya reflek menoleh.

Dirga : --Ah, temannya Neth.

German : Hm, gak salah sih.

Dirga : Ya, ada apa?

Russia : Bisa berbicara sebentar?

Dirga : Maaf, saya sedang sibuk.

Poland : Tapi tidak ada orang lain selain kita disini.

Dirga dan kedua temannya menoleh sekeliling, dan benar saja-- tidak ada orang lain selain mereka bertiga.

German : Lu gak bisa kabur.

Dirga : Untuk apa saya kabur? Saya tidak merasa bersalah.

German : Hm, terus kenapa terus kabur dari keluarga Asean?

Wajah ramahnya seketika berubah, menatap German dengan tatapan dingin menusuk. Cepat sekali moodnya berubah seperti itu.

Poland : Dirga, duduklah.

German melambai-lambaikan tangannya kepada barista partner Dirga. Dengan anggukan kecil dia membalasnya, seperti sudah tahu apa yang akan mereka bicarakan, biarkan lah.

Dirga sudah duduk di bangku yang kosong. Kini dia berhadapan dengan Polandia, kanan kiri ada Russia dan German, tentu saja tatapan Poland sangat ramah tapi penuh selidik.

Poland : Dirga, aku ingin kau menjawab satu pertanyaan dariku.

Poland : Kenapa kau menjauhi keluarga Asean?

Dirga : Tentu saja karena aku merasa risih dengan kelakuannya yang selalu menganggapku Indonesia.

Poland : Sejak kapan? Bukankah dia pernah mengangkat mu menjadi anaknya?

Dirga : ...

Mereka semua menunggu jawaban dari Dirga, dan Dirga bingung tahu dari mana mereka bahwa Asean pernah mengangkat Dirga menjadi anaknya.

Karena sudah tidak kuat, Asean meminta bantuan Organisasi lain untuk membuat Dirga kembali seperti biasanya. Tidak ada hujan, tidak ada angin, Dirga marah begitu saja-- padahal sejak dia pingsan waktu itu, Asean menjaganya sepanjang waktu sampai dirinya terserang demam selama satu hari.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang