EPISODE 25

926 160 15
                                    

Dirga : --Huh ...?

Dia memegang keningnya yang terasa sangat pusing. Sekarang waktu sudah berganti menjadi sore, cukup lama untuk Dirga tidur dari pagi hingga sore yang memang akan menimbulkan rasa sakit di kepala.

Dirga mencoba bangkit dari posisi tidurnya untuk mengambil minum, dan mie instan yang dia simpan di lemari dapur. Semenjak dia sadar dari pingsannya, dia sama sekali belum makan apa-apa, wajar saja perutnya meminta jatah.

Tapi ternyata mie yang selalu Dirga simpan di lemari dapurnya, menghilang entah kemana. Satu 'pun mie tidak dia temukan disana-- kemana perginya mie-mie Dirga?! Ah, waktu itu Thailand mengambil semua mienya, bilang bahwa dia akan menggantinya merk mie yang lain. Tapi sampai saat ini masih belum Thailand ganti.

Dirga : Ah, memang sejak awal mereka pembawa sial.

Kenapa Dirga menjadi berfikiran seperti itu, padahal dua minggu yang lalu dia selalu bersemangat untuk mampir ke Mansion Asean, sarapan dan makan malam bersama, canda tawa, hingga saling bercerita satu sama lain.

Dirga : ....

Pada akhirnya dia hanya membuat secangkir susu hangat dan membawanya ke ruang tamu. Dia ingin sekali jalan-jalan tapi sayang sekali tidak ada energi yang cukup untuk melakukan itu-- yang dia inginkan sekarang adalah makanan.

Saat Dirga merengek ingin makan, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dirga bangkit, mencoba untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya.

Ternyata itu adalah Norwegia dengan rantang empat tingkat yang dia bawa.

Ah, tepat waktu.

Dirga : Norwegia?

Norwegia : Em, Kak Dirga udah makan?

Dirga : Hm, belum.

Seulas senyuman terukir diwajahnya, dengan senyuman yang lembut dia memberikan rantang yang sejak tadi dia pegang itu kepada Dirga.

Dirga : Untukku?

Norwegia mengangguk, dibalas senyuman dan ucapan terimakasih oleh Dirga. Anak ini memang selalu bisa diandalkan setiap saat, seperti memiliki firasat yang baik membaca situasi Dirga.

Dirga : Ayo masuk.

Dia mempersilahkan Norwegia untuk masuk. Dia mengangguk lagi dan masuk ke dalam rumah Dirga.

Dirga : Kamu mau minum apa?

Norwegia : Eh tidak usah repot-repot Kak, aku tidak akan lama juga disini.

Dirga : Hm, yasudah kalau kau mau apapun yang ada disini ambilah.

Norwegia : Ya.

Dirga perlahan membuka rantang empat tingkat itu, setiap tingkatnya berisi makanan yang berbeda-beda. Pertama kali Dirga membuka salah satu rantang tercium bau yang mengenakkan membuat perut Dirga langsung berbunyi.

Norwegia hanya tertawa mendengarnya, sementara Dirga menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Dirga : Kita makan bersama, ya.

Norwegia : T-tidak usah.

Wajahnya memanas, makan bersama itu-- sangat luar biasa. Tapi bagaimana Norwegia bisa fokus makan jika Dirga ada di sampingnya.

Dirga : Mau aku suapi?

Norwegia : Tidak. Kakak makan saja-- jangan menggodaku!

Dirga terkekeh pelan lalu mengangguk.

Dirga : Aku makan ya.

Disana sudah disediakan sendok dengan dibalut oleh tisu. Satu suapan besar yang masuk kedalam mulutnya membuat Norwegia menatap Dirga antusias.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang