Setelah rambut Dirga berantakan, Asean tersentak dari lamunannya, dia menghentikan aktivitas mengelus rambut Dirga dan meminta maaf kepadanya.
Dirga : Tidak apa, Papa-- maksudku Pak Asean. Kau tidak perlu meminta maaf, aku paham.
Asean terkejut karena Dirga tadi sempat memanggilnya Papah. Tapi sedikit kecewa dia tidak melanjutkan ucapannya tadi.
Asean tersenyum lembut.
Asean : Hm, terimakasih, Nak Dirga.
Setelah ucapan itu, keheningan melanda, Dirga kaku tidak tahu mengucapkan apa. Tapi bukannya mulut yang berbicara malah suara perut yang mulai memecahkan keheningan.
Orang yang ada di depannya tertawa, dia menawarkan makan bersama hanya berdua dengannya.
Asean : Maafkan aku, harusnya aku tahu kau pasti lapar.
Dirga : Hehe, tidak apa aku juga minta maaf karena perutku mengeluarkan bunyi yang tidak sopan.
Asean : Haha, makanlah yang banyak. Agar kamu makin semangat kerjanya.
Mendengar kata 'kerja', Dirga yang sedang mengambil nasi disana langsung terdiam-- Oh sial, ini jam berapa?! Dia harus segera berangkat kerja.
Dirga : Pak Asean, aku harus pergi kerja!
Asean : Tenang, Nak. Aku sudah menitipkan pesan kepada pemilik aslinya.
Dirga : -Eh?
Asean : Sekarang nikmati saja makanannya, jangan lupakan soal perutmu yang sudah mengeluarkan alarm Dirga.
Dirga : Ba-baiklah.
Disisi lain, owner pemilik cafe klasik itu ketar-ketir mencari kehadiran Dirga yang saat ini masih belum datang. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, walaupun owner mencoba menelpon Dirga, begitupun dengan Palestina, tidak akan masuk karena ponsel Dirga sejak kemarin malam dimatikan oleh Neth.
Owner : Dasar anak itu, baru beberapa minggu kerja masa udah bolos gini.
Palestina : Tenang, Pak. Mungkin Dirga kejebak macet-- atau ada hal penting yang tidak bisa dia tinggalkan.
Owner : Kejebak macet masa sampai jam segini?! Dan jika ada hal penting, meminta ijin itu utama. Lihatlah pelanggan-pelanggan disana, merengek mencari keberadaan Dirga.
Palestina : Ah, kalo itu bisa saya atasi pak, jangan khawatir.
Ketika mereka asyik berbincang di sana, seseorang pria dengan motif rambut bidang merah dengan segitiga sama kaki hitam berdasarkan sisi kerekan yang memuat bintang putih berujung lima di tengah yang ditumpangkan pada segitiga kuning yang lebih besar, juga berdasarkan sisi kerekan, yang memanjang ke tengah, itu memesan kopi dan mendengarkan percakapan ribut mereka.
??? : Caffè macchiato satu, dibungkus.
??? : Baik, tunggu sebentar ya Mas.
Dia duduk menunggu sambil memperhatikan perempuan itu meracik kopi, matanya memang melihat ke sana akan tetapi telinganya mendengar kearah Palestina dan Owner itu.
Owner : Terserah dirimu, Dirga akan ku berikan sanksi nanti.
Tiba-tiba telpon di sana menyala. Palestina buru-buru mengangkat telpon itu berbincang-bincang sebentar lalu menyuruh sang pemilik untuk berbicara kepada orang di sebrang sana.
Owner : Hah, apa?!
"-- Kenapa?"
Owner : -Eh, Papah, ada apa?!
"Ceko, Papah ingin mengatakan sesuatu terkait dengan salah satu karyawan mu. Tapi sebelum itu, semenjak kau pindah dari rumah, jarang sekali menghubungi ku."
Ceko : -Ah Papah, maafkan aku akhir-akhir ini aku sangat sibuk menaikkan cafe ini.
"Aku sangat bangga kepadamu karena serius dalam menjalani usaha, tapi memberi kabar keluargamu juga penting, Nak."
Ceko : M-maafkan aku Papah.
"Tidak apa, lalu kenapa kau juga tidak memberitahu bahwa kau merekut karyawan baru?"
Ceko : Aku-- maafkan aku terlalu asyik fokus bekerja.
"Hm, kali ini aku memaafkan mu, jangan diulangi lagi-- dan tentang karyawan barumu itu, tadi Asean memintaku untuk memberikan ijin kepadanya."
Ceko : Asean? Maksudmu Asean yang itu?
"Iya yang mana lagi."
Ceko : Ada hubungan apa Dirga dengan Asean, sampai Asean meminta ijin segala kepadamu?!
"Kali-kali pulanglah, akan kuceritakan sebuah dongeng yang panjang kepadamu dan kepada saudara-saudaramu yang lainnya, bagaimana kehidupan lima tahun yang lalu disini sebelum kalian mengenal Papah."
Ceko : B-baiklah, secepatnya aku akan pulang nanti.
"Aku hanya ingin mengatakan hal itu saja, jangan lupa makan tepat waktu jangan terlalu fokus kepada pekerjaan."
Ceko : Ya. Papah juga baik-baik saja disana.
Setelah itu telpon dimatikan. Pria yang sejak tadi mendengarkan perbincangan antara Ceko dan Nato tadi, sedikit lebih penasaran karena mendengar nama Asean.
??? : Permisi, terimakasih telah menunggu, totalnya jadi **** selamat menikmati.
Dia memberi sejumlah uang yang perempuan itu ucapkan, kemudian keluar dari cafe itu dengan pesanan take away-nya.
Palestina sedang asyik mengantarkan kopi-kopi itu terpaksa menggantikan pekerjaan Dirga. Dia tentu saja tampang juga dapat, akan tetapi rasanya beda saja-- bagi para pelanggan yang memang datang untuk mencuci mata melihat senyuman sang pelayan baru.
Semenjak ada Dirga, pemasukan uang jadi lebih besar, dia itu seperti magnet yang menarik para pembeli untuk datang berkali-kali. Tidak apa, itu tidak merugikan Dirga malah membuatnya menjadi untung.
??? : Kenapa Dirga tidak kerja? Apakah sakit?
Palestina : Tidak tahu, saya juga tidak mendapatkan kabar darinya.
??? (2) : Apakah karena itu, pemilik cafe ini marah-marah?
Palestina : Ya begitulah.
??? (3) : Aku harap Kak Dirga tidak apa-apa.
Mereka semua mengangguk serempak begitu juga dengan Palestina.
Kembali lagi ke posisi Dirga, dia sudah selesai makan, banyak sekali makanan yang masuk kedalam tubuhnya. Asean terus meminta Dirga untuk makan-- dia terima karena segan menolak permohonan sang Organisasi dihadapannya.
Asean : Aku senang kau makan dengan lahap.
Dirga : Makanannya juga enak. Aku yang seharusnya merasa senang.
Asean : Benarkah?! Ini adalah masakan Brunei dan Thailand. Mereka berdua adalah kombinasi sempurna koki di sini.
Dirga : Hm, enak sekali ....
Asean : Kau boleh setiap hari berkunjung kesini, bahkan ikut makan saja 'pun tak apa, Nak. Kami akan menyambut mu dengan senang hati.
Dirga : Tapi aku bukanlah Indonesia ....
Asean terdiam, apakah dia mengatakan hal yang salah? Padahal tidak sedikitpun Asean memikirkan Indonesia sekarang, karena ucapan UN malam itu benar. Tapi jika berharap dia Indonesia tentu saja ada.
Asean : Nak, aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal seperti itu. Aku tidak bermaksud untuk menyuruhmu menjadi Indonesia.
Asean : Kamu memang mengingatkan ku kepadanya, akan tetapi sampai kebenaran diumumkan, saat ini kamu adalah dirimu sendiri. Orang yang akan kami lindungi.
Tetap saja, di perkataan Asean tadi dia berharap bahwa dirinya Indonesia, Asean tidak ada maksud jahat kepada Dirga, dia memang ingin tahu kebenaran. Begitu juga dengan Dirga, dia penasaran dengan dirinya sendiri--
"Siapa aku sebenarnya?"
TBC
↓OK. SELAMAT MALAM MINGGU 🗿💣
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I'M?
Разное[SEASON DUA DARI CERITA 'TAKDIR'] Dirga Putra Nusantara, seorang pria berumur dua puluh satu tahun yang hidup mandiri setelah kematian kedua orangtuanya. Hidup kesusahan, kebahagiaan, kesedihan, kesepian, hidup dalam bayangan-bayang? Semua Dirga a...