EPISODE 5

1.4K 208 34
                                    

Dirga kembali ke rumah petak-nya, setelah menjual jam tangan dan membeli beberapa nasi bungkus untuk anak-anak jalanan yang selalu membantu Dirga ketika dia kehilangan arah.

Kenapa Dirga selalu merasa baik ketika melihat anak-anak? Tentu saja karena mereka mengingatkan pada Dirga yang masih seumuran dengannya.

Betapa beruntungnya Dirga hidup normal bersama keluarganya, dibandingkan dengan anak-anak jalanan itu yang sejak kecil tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya.

Besok Dirga harus ekstra mencari pekerjaan, jika tidak--- bersiaplah untuk kemungkinan terburuknya.

Dia membaringkan tubuhnya yang lelah, suasana malam yang sepi cukup membuat hati Dirga tenang kembali. Kejadian hari ini sukses membuat Dirga merasa bersalah--- sambutan hangat mereka berikan kepada Dirga, akan tetapi dia malah menolak mentah dan kesal.

Maafkanlah Dirga yang tidak bisa membantu mereka.

Sebelum tidur, dia membuka ponselnya, mencoba untuk mencari lamaran pekerjaan yang bisa dia ambil. Berapapun gajinya asalkan dia mempunyai pekerjaan. Siapa yang mau menjadi pengangguran--- reputasi yang dia bangun dari dulu akan hancur karena itu.

Dirga asyik scroll sosmednya, sampai-sampai dia berhasil menemukan lowongan pekerjaan yang lumayan cocok untuknya. Ini sudah tengah malam, bagaikan keajaiban, Dirga langsung memutuskan untuk tidur, agar besok dia bisa langsung melamar lagi.

Tanpa memikirkan diterima atau tidaknya, Dirga dengan nyenyak tertidur.  Akibat kemarin tidak bisa menikmati malamnya, hari ini apapun yang terjadi dia harus berhasil diterima oleh pekerjaan itu.

Alarm jam berbunyi sangat nyaring, terdengar ke seluruh ruangan yang membuat sang pemilik rumah terpaksa bangun dari mimpi singkatnya.

Pagi datang, selamat menjalani masalah baru.

Hidup itu seperti game, masalah adalah misi, berjuang untuk menaiki level yang tinggi dan uang adalah tujuan--- satu-satunya hal yang dapat kita percayai adalah uang.

Dia tidak akan berkhianat, dia membantu banyak ketika kita sedang di ujung tanduk, selalu menemani suka maupun duka, jika ada uang--- semua masalah bisa teratasi¿

Yang dipikirkan Dirga sekarang hanya uang dan uang. Dia tidak tahu bahwa semua itu adalah pikirkannya semata. Walaupun setiap hari menjalani kehidupan yang mandiri, masih terlalu awal untuk dewasa di usianya waktu itu.

Dia sudah bersiap, menghadapi masalah. Kali ini targetnya adalah cafe coffee yang tempatnya cukup jauh dari rumahnya--- tidak apa, karena sepertinya tempat itu sangat strategis, Dirga harap dia bisa diterima dengan baik, tidak ada acara drama seperti kemarin yang membuat dia membuang-buang waktu.

Dirga : Fisik sama mental sih udah siap, cuman pekerjaannya aja yang belum dapet.

Dirga mengunci rumahnya, ternyata orang-orang sudah ramai membersihkan halaman rumahnya masing-masing. Bahkan ada yang sedang membersihkan bagian halaman rumah Dirga.

Dirga : Selamat pagi, ibu. Kenapa anda membersihkan rumah saya? Itu tidak perlu, saya tidak mau ibu kecapean.

Perempuan paruhbaya yang disapa oleh Dirga langsung salah tingkah, pasalnya dia ingin mengintip ke dalam mencuri-curi pandangan ketika sibuk menyapu halaman rumahnya. Akan tetapi sayangnya dia tercyduk oleh sang pemilik rumah.

??? : Aduh, Nak. Tidak apa-apa, ibu ikhlas kok--- Nak Dirga mau kemana?

Tanya perempuan paruhbaya itu penuh selidik.

Dirga : --Ah, saya akan melamar pekerjaan.

??? : Eh, ibu do'a 'kan kamu sukses melamarnya, Nak.

Ibu-ibu yang lain ikut mendengarkan pembicaraan Dirga, terkejut ketika mendengar kata lamaran. Ibu-ibu yang lainnya ikut bergabung tertarik dengan topik di pagi hari ini.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang