Lima menit berbincang-bincang sambil menikmati dessert, Dirga membantu Brunei mencuci piring. Rasanya sangat tidak sopan, mampir diajak makan dan diam saja melihat banyak piring kotor yang di kerjakan sendiri oleh seorang perempuan.
Jangan remehkan perempuan, setumpuk apapun piring kotor-- mereka bisa mengatasi hal itu.
Brunei : Gak usah, biar sama gue aja.
Dirga : Tak apa, biarkan aku membantu.
Brunei : Hm baiklah, Kak Dirga yang bilasin nya aja.
Laos : Terus Laos yang simpenin piringnya.
Dirga mengangguk setuju.
Phil : Harusnya itu tugas lu, Viet.
Viet : Ngapain harus gua, selagi ada orang lain yang bisa?
Phil : Serah lu ya.
Asean : Viet, bikinin Papah kopi, kopi hitam.
Viet : --Eh? Viet kan lagi makan puding, ada Kak Singa juga yang nganggur.
Asean : Viet.
Vietnam menghembuskan nafas kasar, dengan berat hati dia meninggalkan pudding coklatnya, dan beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi sesuai permintaan sang Papah.
Normal, suasana keluarganya terlihat normal. Asean menatap Dirga yang sedang asyik berbincang sesekali tertawa dengan kedua anaknya, Asean membayangkan Indonesia bagaimana jika dia seperti Dirga.
Setelah semuanya selesai, mereka kembali duduk di ruang tamu. Televisi besar dinyalakan, Vietnam, Brunei, dan Laos sedang menonton melodrama korea.
Laos : Kak Dirga mau nginep?
Dirga : Eh, t-tidak, aku akan pulang.
Laos : Yah, kenapa gak nginep aja? Kan ada kamar Kak Indonesia yang kosong.
Dirga menatap sekelilingnya, ternyata semua anak Asean sedang menunggu jawaban darinya, tapi Asean terlihat biasa saja sambil menikmati kopinya-- tidak sedikitpun menatap Dirga.
Malay : Ayo Dir, kita kan mau tanding!
Phil : Bener tuh, yo nginep satu hari aja.
Dirga : --Hm, aku tidak bisa.
Laos : Kak Dirga gak asik!
Asean : Laos, jangan memaksanya. Pasti ada alasan lain Dirga tidak mau menginap disini.
Dirga hanya tersenyum simpul, membetulkan ucapan Asean. Tumben sekali dia tidak memaksa Dirga untuk menginap, biasanya Asean yang lebih dulu menawarkan hal itu.
Laos menerimanya dengan berat hati. Tidak lama setelah itu, Asean memutuskan sesuatu, dia ingat ketika permintaan mata biru Indonesia di rumah sakit waktu itu.
Asean : Dirga, ikuti aku.
Dirga : Hm, oke¿
Thai : Mau kemana Pah?
Asean tidak menjawab, dia beranjak pergi bersama Dirga mengikuti dari belakang. Anak-anak yang lainnya 'pun mengikuti penasaran dengan apa yang akan di lakukan oleh sang Papah.
Mereka pergi ke belakang halaman Mansion Asean, dan-- disana ada gundukan seperti kuburan yang tertulis nama Indonesia di sebuah batu menempel disana.
Singa : Ada apa Pah, tiba-tiba ke makam Indo?
Asean : Singa, bawakan sekop.
Singa : --Huh?
Lagi-lagi Asean tidak menjawab, Singapore nurut mengambil sekop yang ada di ujung Mansion lainnya-- kembali dan memberikan sekop itu kepada Asean.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I'M?
Random[SEASON DUA DARI CERITA 'TAKDIR'] Dirga Putra Nusantara, seorang pria berumur dua puluh satu tahun yang hidup mandiri setelah kematian kedua orangtuanya. Hidup kesusahan, kebahagiaan, kesedihan, kesepian, hidup dalam bayangan-bayang? Semua Dirga a...
