Dirga : Dengan begitu kau tahu siapa itu Indonesia?
Arab menolah, sedikit mengingat-ingat nama yang familiar di telinganya. Tidak butuh waktu lama dia mengangguk.
Arab : Tentu saja, dia adalah anak dari Pak Asean yang meninggal lima tahun yang lalu.
Dirga mengangguk, dia sudah tahu itu-- yang dia butuhkan informasi yang lain, karena Indonesia mengganggu pikirannya sejak kemarin. Dirga ingin tahu seberapa miripnya dia dengan Indonesia.
Dirga : Bisa kau ceritakan tentangnya?
Dia mengangguk.
Arab : Tentu saja.
Arab : Kak Indonesia anak Pak Asean yang meninggal tanpa jasad. Setau ku, Kak Indo itu adalah pangeran Nusantara anak dari Majapahit dan Zamrud Khatulistiwa. Dia mempunyai kekuatan yang bisa menggunakan lorong waktu. Aku tidak tahu betul tentang dirinya, akan tetapi waktu itu dia menjadi tumbal untuk menyelamatkan dunia yang sedang terancam oleh orang kuat dari masa lalu.
Dirga : Orang kuat dari masa lalu?
Arab : Ya, salah satunya adalah Kakaknya yang bernama PK* yang mengkhianati adiknya sendiri. Mereka mengincar Kak Indonesia.
Dirga : Kenapa mengincarnya?!
Oh sial, Dirga semakin penasaran dengan cerita tidak masuk akal dari anak remaja di depannya ini.
Arab : Karena dia--- ah, tunggu aku lupa, kalo tidak salah dia mempunyai keturunan murni, dan--- entah 'lah, karena mereka menutupi identitasnya. Keluargaku juga pada saat itu masih belum ada.
Dirga hanya mengangguk, terpaksa rasa penasaran ini harus dia simpan entah sampai kapan, yang pasti dia tahu siapa Indonesia itu sebenarnya walaupun hanya sedikit.
Arab menyetop angkot, angkot pertama mereka berhasil lewati dan sekarang mereka pindah ke angkot yang lain.
Topik tentang Indonesia sudah berakhir, Arab menemukan topik yang santai untuk menemani perjalanan mereka.
Arab : Kak boleh aku minta nomor ponselmu?
Dirga menoleh, perempuan itu menatapnya penuh harap. Dengan senang hati dia berikan.
Arab : Kalo aku pulang, nanti aku akan mampir ke sana, dan soal diterima atau tidaknya-- aku yakin kau akan diterima. Penampilan mu meyakinkan.
Dirga sekali lagi tertawa, padahal sudah dia katakan tadi bahwa penampilan tidak menjamin hasil yang baik. Tidak apa, Arab sepertinya sedang bersemangat, Dirga hanya mengangguk membenarkan ucapannya menganggap sebagai hal yang positif.
Arab : Ngomong-ngomong kenapa Kakak tidak menjadi guru saja? Banyak loh guru-guru yang seumuran dengan Kak Dirga.
Dirga : Ah, aku lemah jika soal pelajaran-- dan menjadi guru harus punya pendidikan yang lebih.
Arab : Hm, seperti itu? Memangnya Kak Dirga lulusan kuliah mana?
Dirga : Sayangnya aku tidak kuliah, hanya lulusan SMA saja. Itu 'pun jauh di kampung.
Arab mengangguk tidak bertanya lagi. Sisa dari perjalanan mereka putuskan untuk menikmatinya. Angin pagi memang sangat sejuk untuk dinikmati, ditambah matahari yang sudah mulai muncul keatas menandakan bahwa ini adalah waktunya mereka kembali beraktivitas.
Lima menit kemudian Arab kembali menyetop angkutan umum itu. Dia berpamitan kepada Dirga yang masih belum bisa turun. Sekolahannya sangat besar dan mewah, terlihat hanya mobil mewah yang datang kedalam, sementara Arab datang dengan angkutan umum. Dirga tidak mengetahui siapa Arab sebenarnya, karena sejak tadi Arab hanya bertanya tentang dirinya-- tidak ada celah untuk bertanya tentang siapa perempuan yang tadi menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I'M?
Random[SEASON DUA DARI CERITA 'TAKDIR'] Dirga Putra Nusantara, seorang pria berumur dua puluh satu tahun yang hidup mandiri setelah kematian kedua orangtuanya. Hidup kesusahan, kebahagiaan, kesedihan, kesepian, hidup dalam bayangan-bayang? Semua Dirga a...