Seketika atmosfirnya berubah menjadi serius. Dirga mulai menempelkan bibirnya pada black straw yang ditambah strawberry menempel di tengah sedotannya.
Dirga : -- Apaan ini?!
Seru Dirga terkejut-- benar-benar sangat enak. Minuman susu kocok putih yang di sajikan di gelas panjang nan ramping, dengan whipped cream diatasnya dan buah strawberry yang berwarna merah sangat cantik menjadikan hiasan pada black strawnya .
Bartender : Enak bukan? Hanya pada orang tertentu aku menyajikan susu kocok ini.
Dirga : Nama minuman ini apa, aku akan menjadi pelanggan setia mu untuk menu ini!
Tanya Dirga antusias. Dia menyukai minuman ini dalam sekali seruput saja.
Bartender : Milkshake whip cream.
Dirga : Haha, aku akan mengingat nama itu.
Hening seketika. Beberapa pelanggan sudah pergi, dan datang lagi yang baru. Sejak tadi anak-anak remaja itu masih sibuk bermabuk ria dengan banyak botol alkohol di meja besarnya.
Sepertinya mereka adalah anak-anak berandalan yang tidak patuh dengan aturan sekolah bahkan aturan hukum. Anak yang belum genap usianya delapan belas tahun sudah mengonsumsi minuman yang tidak sehat-- menikmati masa muda itu boleh, tapi tidak perlu berlebihan.
Kembali dengan Milkshake-nya, Dirga tidak memperdulikan keributan di pojok dia lebih fokus untuk menikmati setiap proses susu kocok ini masuk kedalam mulutnya-- rasanya benar-benar pecah di dalam mulut.
Bartender : Lalu, apa yang kau lakukan disini?
Dirga : Melarikan diri¿ ya, seperti yang kau bilang-- aku niatnya pergi kesini untuk melarikan diri, dan menyeret Neth ke dalam masalahku.
Bartender : Hm, begitu.
Dia memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka berdua, karena itu akan membuat Dirga tidak nyaman.
Dirga : Aku hanya ingin bertanya satu hal kepada Neth dan meminta pendapatnya.
Dirga : Pendapat tentang bagaimana jika sebenarnya Indonesia itu masih hidup, dan apa yang harus aku lakukan jika ternyata Indonesia masih benar-benar hidup.
Padahal sang pemilik bar tidak meminta Dirga untuk menceritakan hal itu-- tapi Dirga sudah tidak kuat. Hampir genap lima jam dia menunggu Neth disana, sekarang waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Neth masih belum terlihat batang hidungnya.
Bartender : A-aku tidak tahu jika pendapat Neth tentang Indonesia masih hidup, tapi kalau kau bertanya tentang apa yang harus kau lakukan, kau tidak harus melakukan apapun-- hiduplah seperti biasanya, mungkin kau tidak akan menderita lagi, di dekati oleh para anak Asean.
Dirga : Kau tahu itu?
Bartender : Ya, Netherland selalu menceritakannya kepadaku.
Dirga mengangguk. Minumannya sudah setengah gelas lagi, dia terdiam menatap meja berwarna hitam coklat dari kaca yang bisa memantulkan wajahnya--
--Hm, masalahnya bukan itu, jika Indonesia ada, otomatis Dirga tiada.
Bartender : Semangat lah, aku yakin Neth juga akan mengatakan seperti itu-- karena menurutku tidak masuk akal Indonesia yang sudah lima tahun mati, tiba-tiba hidup kembali.
"Sudah dua orang mengucapkan hal yang sama."
Untuk sementara ini dia hanya bisa mengangguk dan menerima pendapat orang di hadapannya ini.
Dirga : Terimakasih.
Bartender : Tidak masalah, sudah menjadi tugasku untuk me--
Beberapa orang tiba-tiba duduk di sebelah kanan dan kirinya Dirga.
Mereka menatap Dirga dengan tatapan-- meremehkan? Atau mengejek-- itu sama saja, dan tatapan bersemangat telah mendapatkan buruan besar untuk menjadi korban bully mereka.
Bartender : Hey, kalian jangan melakukan keributan, jika tidak kalian akan ku usir!
Salah satu dari mereka menatap beberapa perempuan yang ada di belakangnya, kemudian mengangguk mendapatkan kode gilirannya.
??? : Uhmm, berikan aku satu botol cairan di tubuhmu.
Godanya menatap sang pemilik bar dengan penuh arti. Sang bartender merasa terganggu, apa lagi dengan godaan murahan yang diberikan oleh bocah kurang ajar ini.
Sementara dia sedang sibuk, dua remaja laki-laki itu mengajak Dirga untuk bergabung minum-minum bersama.
Dirga : Aku tidak minum.
??? (1) : Ayolah Om, minum bersama kami~
Rengekannya yang membuat Dirga sedikit terganggu oleh suasana tidak normal ini.
??? (2) : Kami juga akan memberikanmu susu-- susu yang enak dari mereka.
Salah satu temannya tertawa terbahak-bahak mendengar gurauan dari sang teman. Salah satu perempuan yang di tunjuk oleh lelaki itu mendesah pelan membuat mereka semakin tertawa.
??? (1) : Layani dia sampai puas, baby.
Ucapnya kepada tiga orang perempuan yang masih menggoda sang bartender-- Dirga menatap kesana kemari, orang-orang di sana tidak memperdulikan kejadian ini-- karena baginya ini adalah suatu hal yang wajar. Tapi beberapa orang malah ikut meledek korban.
??? : Hey, Nak. Kau masih muda-- berikan saja mereka kepadaku haha.
??? (3) : Aku tidak suka orangtua.
??? : Dasar anak bau kencur, tidak sopan ya kamu.
??? (1) : Pak kau lanjut saja mabukmu!
Dirga : Jangan ganggu dia!
??? (2) : Tentu, jika kau ikut bersama kami minum disana.
Dia menunjukkan ruangan pojok yang masih tersisa kurang lebih lima orang melambaikan tangannya kepada Dirga.
Dirga : Baiklah, jangan ganggu dia.
Bartender : E-hey Dirga, jangan. Jangan ganggu dia sialan!
Ketika dia beranjak keluar dari tempatnya, tiba-tiba salah satu perempuan dari mereka masuk kedalam ruang lingkupnya.
Bartender : Jangan menghalangiku.
??? (4) : Ayolah, Kakak~ biarkan saja dia bersenang-senang. Apakah dia pacarmu?
Bartender : Sudah gila otakmu. Keluar dari sini!
??? (5) : Keras kepala sekali orang tua ini.
Dia yang dipanggil orangtua langsung diam seketika. Padahal umurnya masih dua puluh satu tahun-- dan apa yang dia ucapkan. Apakah dia terlihat seperti orang lima puluh tahunan?!
Dirga sudah duduk di bangku yang kosong. Beberapa orang disana menerima Dirga dengan senang hati. Apa yang akan mereka lakukan pada Dirga sekarang bukanlah yang yang baik untuknya.
Mereka akan memaksa Dirga untuk menghabiskan satu botol White wine.
Tidak ada maksud lain, selain membuat dirinya menjadi orang gila-- karena menurut remaja ingusan itu melihat orang yang lemah terhadap alkohol akan lebih seru jika kesadarannya diambil alih oleh minuman keras.
TBC
↓
SELAMAT MALAM MINGGU 🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I'M?
Random[SEASON DUA DARI CERITA 'TAKDIR'] Dirga Putra Nusantara, seorang pria berumur dua puluh satu tahun yang hidup mandiri setelah kematian kedua orangtuanya. Hidup kesusahan, kebahagiaan, kesedihan, kesepian, hidup dalam bayangan-bayang? Semua Dirga a...