EPISODE 23

915 163 42
                                    

Pukul lima pagi, aktivitas rumah sakit sudah berjalan kembali, mereka sibuk berlalu-lalang untuk memeriksa pasien-pasien sesuai jadwal.

WHO masuk ke ruangan Dirga dan Asean, mereka berdua masih terlihat memejamkan mata kelelahan. Tidak apa, WHO tidak berniat membangunkan Asean. Tapi memeriksa bagaimana perkembangan tubuh Dirga.

Seperempat baju Dirga dibuka untuk WHO periksa detak jantungnya. Rasa dingin dari stetoskop yang menempel ke tubuh Dirga, membuatnya sedikit tersentak dan-- dia terbangun karena itu.

"U-ghmm."

WHO : ...?

Dirga membuka matanya, dia menatap kesana kemari, kepalanya masih sedikit pusing-- dan seakan bangun dari tidur yang panjang, Dirga merasa tubuhnya terasa sangat segar, walaupun hanya sebentar.

WHO : Hm, selamat pagi.

Dirga : Pak dokter, saya di rumah sakit?

WHO : Ya. Kamu ada di rumah sakit.

Dirga tidak bertanya lagi, dia menatap sekelilingnya dengan teliti dan mendapati tubuh Asean terbaring diantara sofa-sofa di sana. 

Dirga : Pak Asean?

WHO : Ya. Dia yang membawamu kesini.

Dirga : Hm, saya ingin pulang.

WHO : Kau bisa pulang jika tubuhmu sudah layak ku katakan sehat.

Dirga : Saya sudah tidak apa-apa, dok. Saya ingin pulang.

Dirga mencoba bangkit dari posisinya yang setengah duduk, WHO melarangnya hingga akhirnya terjadi pertikaian antara Dirga dan WHO.

WHO : Sebagai dokter, aku menyarankan kau harus menurut kepadaku.

WHO : Jika tidak terpaksa aku harus membuatmu tidur kembali!

Mendengar seruan WHO yang cukup keras, membuat Asean 'pun terbangun dari tidur nyenyak-nya. Pagi-pagi sudah disuguhi oleh ocehan WHO-- ditambah dia mengancam akan membiusnya lagi.

WHO : Ah, maaf aku membangunkan mu.

Asean hanya menatap WHO, kemudian menatap kearah Dirga yang sedang bingung.

Asean : Indo, kau sudah bangun?!

Asean melompat dari sofa itu, menghampiri Dirga yang menatapnya ragu-ragu kepada sang Organisasi itu.

Setelah Asean memeluk tubuh Dirga, dia mencoba untuk menatap wajah pemuda bersurai rambut merah putih itu-- tapi sang pemilik wajah memalingkan wajahnya kearah yang berlawanan.

Asean : Nak?

Dirga menepis tangan Asean yang masih menempel di kedua pipinya.

Dirga : Saya ingin pulang, siapapun kalian jangan menghalangi.

Asean pelanga-pelongo bingung dengan sikap dingin Dirga. Ah apakah dia jadi begini karena tadi Asean memanggilnya dengan nama Indonesia? Ta-tapi bukankah dia memang Indonesia?!

Asean : Dirga sayang, kamu baru bangun. Tunggulah beberapa jam lagi-- kau pasti lapar kan? Aku carikan makanan dulu ya?

Dirga : Tidak perlu. Saya ingin pulang, ini permohonan saya.

WHO : Dasar keras kepala, sangat tidak sopan kau mengucapkan hal seperti itu.

Datang lagi sifat aslinya sang WHO. Padahal ditempatnya kerja ini dia harus terlihat profesional, tapi bagaimana lagi, Dirga yang pertama memancing emosi sang dokter.

Asean : Nak kamu belum sembuh, sayang.

Dirga : Tuan Asean, saya mohon-- saya ingin pulang.

Demi mendengar ucapannya yang sedikit berubah, Asean 'pun menyetujuinya. Pasti ada alasan mengapa Dirga seperti ini, mungkin belum saatnya Asean harus memaksa Dirga menceritakan semuanya.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang