EPISODE 10

1.2K 170 20
                                    

Dirga : Tuh 'kan gara-gara kamu mereka semua jadi terganggu!

Ibu-ibu itu 'pun kembali karena Pak RT bersikeras menyuruhnya untuk pergi dari sana. Norwegia dari tadi bersembunyi, mencoba untuk menunggu agar para ibu-ibu menghilang dari depan pintu rumah Dirga.

Setelah semuanya aman, Norwegia mengetuk pintu Dirga, dan di sambut hangat oleh sang pemilik rumah.

Norwegia : Kak, ini ada sedikit makanan buat Kakak sama temen Kakak.

Dirga menatap dua tupperware yang besar itu, sedikit terlalu berlebihan dengan ukuran tupperware didepannya.

Norwegia mencoba menahan bau yang dihasilkan dari dalam rumah Dirga. Dia meminta maaf karena keadaan rumahnya sangat berantakan, akan tetapi dengan sopan Norwegia membantu Dirga dan Thailand membersihkan rumahnya.

Thai : Ini buang.

Dirga : Buang maksudnya apa?! Ini masih bagus dan belum kadaluwarsa!

Thai : Karena racun yang lu simpen di dalem kulkas itu, makanan ini semuanya gak layak konsumsi!

Dirga : Aku membelinya dengan uang keringat selama sebulan, mungkin bagi orang kaya sepertimu sangat mudah tapi untukku tidak.

Thai : Gua beliin kalo perlu sama kulkasnya yang baru. Kulkas lima pintu!

Dirga : Aku tidak perlu itu, jangan seenaknya berbicara begitu, aku tahu rasa sulitnya mencari uang.

Thai : Jadi lu pingin gua gimana?

Dirga : Jangan di buang.

Thai : Gak.

Norwegia : Kak Dirga, kata temen kakak ini benar, gak baik dikonsumsi lagi. Hanya karena makanan, Kak Dirga bisa sakit kalau masih bersikeras untuk mengonsumsi makanan-makanan ini.

Thai : Bocah aja pinter, masa lu yang udah gede bolot. Dan satu hal lagi, jangan terlalu memikirkan uang.

Dirga : Terserah katamu.

Dirga memutuskan untuk mengambil tupperware itu dan membekal nya di tempat kerja nanti. Dia berpamitan kepada Norwegia dan berterimakasih, setelah itu dia pergi tanpa sepatah kata apapun lagi bahkan kepada Thailand.

Thailand menyusul, sepertinya Dirga ini sangat sensitif dengan uang.

Thai : Dirga, gua anterin!

Dirga tidak menjawab, dia terus berjalan melewati gang kecil-- jalan yang berbeda dari kemarin. Thailand mendecih pelan kemudian mengambil barang di dalam rumah Dirga, mengunci rumah Dirga dan memberikan kuncinya kepada Norwegia. Makanan yang Norwegia tentu saja Thailand juga bawa.

Thailand : Jagain rumah Dirga.

Norwegia hanya mengangguk. Thailand langsung mengejar Dirga dengan mobilnya.

Sementara itu, Dirga sudah menaiki angkutan umum yang ternyata di dalamnya ada Arab lagi.

Arab : Selamat pagi, Kak Dirga.

Dirga terkejut, dia menatap kearah anak perempuan yang memanggilnya-- kemudian tersenyum. Seperti biasa dia beralih ke belakang duduk di depan Arab.

Arab : Sepertinya cuaca hari ini akan hujan, dan pas sekali hati Kak Dirga sedang tidak cerah?

Dirga menatap Arab, kenapa dia bisa tahu itu? Apakah sebegitu terlihatnya ekspresi Dirga?

Dirga : Kamu bisa saja.

Arab : Ah ya, aku sudah memberikan pesan kepada Kakak kemarin kok gak di bales dan kenapa telpon tidak tersambung? Apa mungkin nomornya salah?

Dirga ber'eh' pelan, meminta Arab yang memberikan nomor teleponnya. Setelah Arab memberikan nomor ponselnya, dia mencoba untuk memastikan bahwa nomor itu benar-- dan tersenyum lembut kepada perempuan di depannya.

Arab : Ugh silau.

Disisi lain, Thailand menatap kesana kemari munggu Dirga keluar dari gang itu, akan tetapi tidak keluar-keluar juga, jadi dia putuskan untuk menelponnya. Ah ya, kenapa Thailand bisa tahu nomor handphone Dirga? Karena semalam Dirga tidak sengaja menyimpan ponselnya di kasur berbaur dengan barang milik Thailand. Dia yang menganggap itu sebuah kesempatan yang tidak akan datang sepuluh kali, dengan cekatan langsung mengotak atik ponsel milik Dirga yang sama sekali tidak ada keamanan yang terpasang di ponselnya. Bukan bodoh, tapi Dirga salah satu manusia pelupa.

Nomor Dirga muncul, Thailand langsung menunggu orang di sebrang sana menerima telponnya.

Merasa ada getaran dari ponselnya, Dirga langsung melihat nomor tidak di kenal menelponnya-- dan menatap kearah Arab yang penasaran.

Arab : Kenapa gak diangkat?

Dirga : Nomor tidak dikenal.

Arab : Ah pasti itu orang iseng, jawab aja!

Dirga : Kenapa harus dijawab?

Arab : Kak Dirga gak penasaran siapa penelepon misterius itu?

Dirga : Penasaran sih ....

Arab : Ya makanya gas aja terima.

Dirga menurut, dia menerima telpon dari Thailand yang membuat sang penelpon menghembuskan nafas pelan.

"Dirga!"

Karena sudah tahu dan sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Arab, Dirga langsung menutup telpon itu dan memblokir memasukannya kedalam daftar blacklist dari handphonenya.

Thai : Astaga, dia benar-benar marah.

Thailand putuskan untuk pulang ke Mansion terlebih dahulu, karena pasti keluarganya sedang menunggu kabar gembira yang akan dibawa oleh Thailand. Tapi disisi lain dia frustasi karena mungkin kapan-kapannya akan Dirga tarik sehingga kesempatan itu akan musnah.

Sepanjang perjalanan hingga sampainya di Mansion, Thailand fokus pada jalanan, tidak mempedulikan telpon yang dari tadi berbunyi-- pasti itu panggilan dari kantor.

Thai : Gua pulang-- uhgk!

Tiba-tiba Thailand dipukul keras oleh seseorang yang menggunakan penutup wajah bercorak seperti kucing, karena pukulan itu sangat keras membuat dia, makanan di tupperware yang dia bawa dan handphonenya terjatuh bersamaan mengotori lantai.

Asean : Thailand! Ck, apa yang kau lakukan?!

??? : A~sean.

Ucapannya sukses membuat bulu kuduk Asean berdiri. Kini anak-anak yang lainnya sedang pingsan, hanya pemilik rumah ini yang masih segar bugar dengan tangan terikat rantai pada bawah dudukan sofa besar yang diduduki oleh orang bertopeng itu.

??? : Setujuilah kontrak perjanjian antara perusahaan mu dengan perusahaan ku.

Asean : Sudah beribu-ribu kali aku bilang, tidak bisa.

??? : Kau harus memberikan alasan yang jelas, hanya karena aku akan bangkrut kau seenaknya membuang perusahaan ku!

Asean : Aku tidak membuang mu, kau lebih dulu yang membuang ku! Dan sekarang kau ingin berbaikan setelah melakukan semua itu kepadaku?!

??? : Kau hanya beruntung Asean, dirimu didukung oleh organisasi lain! Sedangkan aku tidak. Biarkan aku bergabung denganmu.

Asean : Tidak bisa. Sekali tidak bisa, ya tidak bisa.

??? : Keras kepala, sialan.

Dia menendang wajah Asean dengan sepatu yang cukup berat membuat rahang, bibir, dan hidungnya yang terkena tendangan bebas itu terkapar tidak berdaya dengan darah yang mulai muncul.

??? : Ck, sialan awas saja aku akan membuat teror untuk keluargamu, tersenyumlah selagi masih bisa, Asean!

Dia meludahi wajah Asean setelah itu pergi meninggalkan mereka dalam keadaan yang terkapar tidak berdaya dan tidak sadar.





TBC

SAMPAI JUMPA LUSA ( ͡ ͜ʖ ͡ )👍

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang