EPISODE 19

970 159 23
                                    

Dua minggu berlalu, hubungan Dirga dengan Organisasi Asean malah semakin dekat berkat kejadian malam itu. Jadi berterima kasihlah kepada Netherland karena kecerobohannya membuat mereka semakin dekat.

Antrian panjang melayani para pembeli yang memesan coffee dengan cara take away dan delivery sangatlah banyak. Bahkan mereka bertiga kewalahan untuk menangani semua itu.

Dua minggu sangatlah cepat bagi Dirga yang sudah menguasai beberapa tehnik menjadi barista, kini dia sudah ikut bergabung melakukan pertunjukan yang selalu dilakukan oleh Palestina. Itu adalah salah satu keunikan tersendiri dari cafe ini.

Setiap hari ruangan besar ini selalu penuh oleh para pembeli, 89% dari mereka adalah berasal dari kaum Hawa-- dan sisanya adalah kaum Adam yang melarikan diri dari penatnya pekerjaan, berbeda dengan para wanita, mereka ingin melihat Dirga dan Palestina dua barista yang semakin terkenal namanya.

Palestina : Dirga, buatkan Caffè macchiato satu. Setelah itu antarkan ke meja nomor 10 pelanggan itu ingin merasakan kopi racikan lu, jangan membuat mereka kecewa Dirgantara.

Palestina mengedipkan sebelah matanya. Dibandingkan nama Dirga, dia lebih terkenal dengan panggilan Dirgantara karena merujuk pada seluruh namanya.

Hanya senyuman lembut Dirga berikan, kemudian kembali fokus pada pesanannya. Palestina dan karyawan perempuan itu sibuk melayani pembeli yang masih mengantri.

Café macchiato merupakan kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara kopi dan susu 4:1, biji kopi digiling sehalus garam kemudian dimasukan kedalam portafilter, membuat shot espresso, kemudian panaskan susu dengan uap-- tuangkan susu selagi masih hangat kedalam shot espresso yang baru saja dibuat.

Dirga mengambil cangkir yang sudah diisi oleh kopi, kemudian menyimpannya kedalam tray- dan mengantarkan ke meja yang Palestina sebutkan tadi.

Ternyata orang yang memesan itu adalah salah satu pelanggan setia yang tertarik kepada Dirga juga. Pria dengan motif rambut bidang merah dengan mata segitiga sama kaki hitam berdasarkan sisi kerekan yang memuat bintang putih berujung lima di tengah yang ditumpangkan pada segitiga kuning yang lebih besar itu, tertarik kepada Dirga sejak dua minggu yang lalu ketika dia tidak sengaja mendengarkan perbincangan Ceko dengan NATO.

Dirga tersenyum menyapa ramah sang pelanggan, walaupun hanya dibalas dengan tatapan tidak peduli-- tidak membuat pudar senyumannya.

Dirga : Selamat siang, terimakasih telah bersabar menunggu. Ini Caffè macchiato pesanan anda, silahkan dinikmati.

Dia membungkukkan sedikit badannya ketika selesai meletakkan kopi di meja. Dirga bingung, kenapa orang ini memintanya untuk menjadi VIP, walaupun banyak juga lelaki yang ingin selalu Dirga layani- tapi mereka berbincang-bincang sambil bertanya-tanya bagaimana menjadi lelaki idaman para kaum Hawa. Sementara orang ini masih menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Dirga : Apa ada yang bisa saya bantu lagi, tuan?

Ucapnya sesopan mungkin. Tidak ada balasan melainkan suara decihan samar yang sempat terdengar di telinga Dirga.

Dirga : Jika tidak ada, saya akan kembali-- selamat menikmati.

Dirga berniat kembali ketempat asalnya, akan tetapi tangannya di tarik pelan membuat sang pemilik tangan menghentikan niatnya.

Dirga : Ya tuan?

??? : Hm, setelah pulang kerja apa kau bisa bertemu sebentar denganku? Ada yang harus aku tanyakan.

Dirga : --Eh baiklah, tuan.

Dia hanya mengangguk menandakan bahwa Dirga boleh pergi. Sepertinya ada hal penting yang harus dia tanyakan kepada Dirga-- tak apa, walaupun Dirga tidak kenal akan tetapi dia adalah pelanggan jadi tidak masalah.

WHO I'M? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang