« LAST SOULMATE #1 STORY »
Sang Makhota Pangeran mengalami jatuh cinta. Ini pertama kalinya dan itu dengan sosok yang arogan dan bertingkah kasar.
"Alden, waktumu akan habis, bukan? Kamu tidak akan lahir kembali ke dunia ini lagi bukan? Apa tidak...
Seorang perempuan berpakaian sederhana dengan tiga lapisan perpaduan biru muda dan putih berlari kecil menaiki tangga berlapis emas pada pegangannya. Tidak ketinggalan dengan sebuah gulungan surat dengan pita merah berada di tangannya. Helaan napas terdengar ketika kaki kanannya menyentuh permukaan datar di paling atas.
Pemandangan biasa baginya melihat gumpalan putih dengan cahaya kekuningan dari sela-sela struktur bangunan yang tidak tertutup semuanya. Bersamaan dengan senyum tipis dan leganya, suaranya keluar mengalun merdu, "Dewa Udbium."
Panggilannya menggema sampai ke telinga yang dituju, berpakaian megah dan elegan dengan warna hitam, merah, dan ikatan pada pinggangnya yang bercorak keemasan menoleh. Helaian rambutnya yang panjang lurus digulung setengah dengan ornamen dengan detail corak elegan disemat di sana.
Perempuan tersebut membungkukkan badannya, memberi hormat kepada tuannya. "Dewa, waktunya beliau turun ke Astrov sudah hampir sampai," katanya tenang.
"Sudah waktunya dia dilahirkan kembali, ya?" tanya sang Dewa yang melihat seorang laki-laki biasa mendekati mereka bersama dengan salah seorang dewa yang juga sama dengannya.
"Panggilkan Neva kemari," kata Dewa yang dipuja manusia sebagai Dewa Kehidupan itu yang langsung dituruti oleh anak buahnya yang langsung menjauh dari mereka.
Dewa Udbium menyambut kedatangan keduanya, "Harry, Anda siap untuk dilahirkan kembali?" Kedua pasang mata berbeda warna itu saling bertemu.
"Ini adalah kehidupan terakhir Anda. Sesuai janji saya dan lainnya kepada Anda, saya memberikan hadiah kepada Anda di kehidupan terakhir Anda, Harry," sambung Dewa Udbium lagi.
Laki-laki yang statusnya manusia biasa itu mengangguk tegas, "Saya siap, Dewa. Dewa Dheysus telah mengatakannya kepada saya sebelumnya."
Dewa Udbium mengalihkan perhatian pada salah satu jajaran dewa yang dipuja itu. Tentu saja, Dewa yang disebut God of Soul itu duluan bertanya padanya. Karena, jiwa Harry berasal daripadanya. Dia hanya mengantar Harry pada kehidupannya.
"Hadiah kami semua berada di Planet Astrov, Harry," kata Dewa Dheysus menimpali. "Engkau akan lahir di sebuah negara yang bernama Elysium. Bersenang-senanglah di kehidupan terakhir, Harry."
Harry mengangguk dan mengikuti arahan Dewa Udbium yang mengajaknya untuk memasuki gerbang yang dipahat ukiran semesta yang luas, jajaran planet di bagian bawah dan jajaran sepuluh dewa-dewi di atasnya. Sudah waktunya dia menjalani kehidupan terakhirnya, dia sudah terlahir sebanyak empat kali.
"Tunggu! Ayah!"
Teriakan kencang dari belakang dengan hentakan sepatu dan anak tangga membuatnya berhenti. Pemilik suara yang disayanginya. Tanpa meminta izin, dia berbalik badan dan hampir limbung ketika dia diterjang oleh pemilik suara tersebut.
"Ayah sudah janji, kan sama Neva kalau Ayah bakalan kasih tahu harinya? Tapi, kenapa jadi Angel Adriel yang kasih tahu ke Neva?" tanya seorang perempuan yang penampilannya klasik dan elegan dengan warna putih-pink pastel yang memanjang sampai ke permukaan datar.
Harry melepaskan pelukannya, "Maaf, ya. Tadi Ayah dipanggil sama Dewa Dheysus dari pagi ini. Jadi, Ayah tidak sempat memberitahumu."
Neva mengerucutkan bibirnya sembari memberikan tatapan tajam pada pelaku yang membuatnya celingak-celinguk mencari sang Ayah di dunia atas ini, "Ya sudah. Yang penting, Ayah harus baik-baik di sana, makan yang banyak dan sehat. Jangan cepat sakit. Lalu, jaga diri. Nggak boleh berbuat jahat, selama ini Ayah baik loh. Makanya Paman Dheysus dan Paman Udbium membuat kehidupan Ayah itu baik-baik semua. Oh, ya, Ayah juga harus dapat pasangan nanti. Kalau Neva dikasih izin sama Paman Dheysus, Neva bakalan turun untuk jenguk Ayah."
"Selama Putri Neva masih nakal, tidak ada izin untuk melihat Harry di dunia tengah," sahut Dewa Dheysus yang mengangkat sebelah alisnya.
Harry hanya tersenyum tipis, dia meletakkan kedua tangannya di bahu sempit anak perempuan yang sudah di usia lima puluh enam tahunnya itu. Ingin melihat pahatan wajah anak yang pernah ditemukannya di kehidupan terdahulu untuk terakhir kalinya. "Iya. Neva juga jangan sering-sering keluyuran apalagi ke dimensi lain. Jangan sering-sering mengendap keluar setelah malam dan menyemil makan saat tengah malam," katanya yang kembali melanjutkan. "Ayah sudah boleh pergi sekarang"
"Iya. Sudah boleh. Paman Udbium, aku boleh, ya, temani Ayah sampai di depan gerbang terakhir?" izinnya yang melihat sang Dewa yang berusia ribuan tahun dengan penuh harap.
"Baiklah, Putri Neva boleh ikut."
"Yeay!" sorak Neva yang langsung menarik lengan sang Ayah dan melewati pintu gerbang pertama di ruangan tersebut.
Dewa Dheysus yang berdiri di dalam ruangan itu tersenyum tipis seraya melambaikan tangannya pada sosok manusia yang berjasa bagi mereka itu menjauh darinya. Bisikannya terdengar seiring dengan pintu gerbang pertama itu menutup perlahan.
"Semoga engkau menjalani kehidupan yang engkau mau, Pangeran Alden Lysander Ravenswood."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To Be Continue
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello, prologue-nya sudah luncur.
Gimana?
Krisarnya diterima dengan lapang dada, ya.
Walaupun, Rain lagi galau selama tiga hari karena dua diamond dari Treasure sudah memilih keluar.
Tapi, kita juga harus tetap mendukung 10 diamond lainnya.
Iya, kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.