🍁 35 | When The Rain Stops

86 20 0
                                    

Hai, ini mungkin bakalan agak singkat dari sebelumnya.

But, yeah, as always ... Enjoy

Middlebrough, Elysium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Middlebrough, Elysium

Selepas pamit dari rumah Leon dan Julius, kedua pangeran itu memutuskan untuk meninggalkan kuda mereka tetap terpasang di tempat penyimpanan rumah Leon, karena Leon meminta mereka untuk berjalan-jalan di sekitar pasar yang ada di sini.

Alden pun juga membawa Louis untuk jalan-jalan di pasar yang masih beroperasi di pagi ini, suasana yang ramai dan penuh dengan diskusi untuk mencapai ketetapan bersama-sama itu tidak luput dari pendengaran mereka berdua.

Beberapa orang memberikan salam untuk Alden selaku putra mahkota kerajaan mereka ketika melewatinya.

"Bu, lihat Pangeran Alden!"

Celetukan yang cukup kuat dari belakang punggung mereka membuat Louis berbalik, melirik sepasang ibu-anak yang sepertinya sang ibu langsung menegur anak perempuannya itu.

"Iya, sayang. Diam, ya, jangan terlalu kuat."

Louis kembali berjalan, "Alden, kita berhenti untuk membeli sesuatu, ya?"

"Mau membeli apa?" Alden pasrah ketika lengannya digandeng Louis untuk mencapai sebuah tenda yang menampilkan aneka kue kering yang dibentuk menyerupai banyak hewan.

"Ini. Boleh?" tanya Louis dengan berbinar penuh harap.

Alden mengangguk, dan diam di samping Louis yang sudah bersemangat untuk memilih kue kering tersebut.

"Heum ... yang ini, kelinci, kucing, dan burung merpati. Tolong, masing-masing berjumlah dua," kata Louis yang memutuskan dengan cepat, penjual di sana menyiapkan pesanan Louis dan menyerahkan kantong makanan tersebut kepadanya sedangkan Alden membayar kue kering tersebut.

Belum sempat Alden mengucapkan terima kasih, Louis langsung meninggalkan posisi mereka, membuat Alden buru-buru mengucapkan terima kasih dan mengikuti kekasihnya supaya tidak hilang arah.

Louis berhenti di depan pasangan ibu-anak tadi dengan senyum sumringah, "Hai, boleh kutahu namamu?"

"Lucy," kata anak perempuan tersebut dengan lirih dan menggenggam ujung busana ibunya.

"Hai, Lucy. Aku Louis, Pangeran Alden memberikan ini padamu," tutur Louis yang menyamaratakan tingginya dengan sang anak, menyerahkan bungkusan makanan itu kepada Lucy.

Lucy dengan pelan mengambil kantong makanan tersebut, "Terima kasih."

"Sama-sama, selanjutnya tetap panggil Pangeran Alden kalau ketemu dengannya, ya? Dia sangat menyayangi anak-anak seperti Lucy," kata Louis yang tersenyum manis.

Lucy menganggukkan kepalanya, melihat Alden yang ada di samping Louis, "Terima kasih banyak, Pangeran Alden."

Alden mengangguk, "Tidak apa-apa, Lucy."

Namun, kemudian suasana ramai pasar itu mulai meredam ketika merasakan sedikit tetesan air menyentuh permukaan kepala mereka, langit Middlebrough perlahan menjadi gelap dan menandakan bahwa mereka harus berteduh.

"Kami pergi dulu, Lucy. Sampai ketemu lagi," kata Louis yang melambaikan tangannya setelah merasakan bahwa akan semakin lebat.

Sayangnya mereka tidak bisa sampai ke rumah Leon, kerumunan di pasar sudah bubar dan banyak penjual yang segera menyimpan barang dagangan mereka supaya tidak kebasahan. Alden segera menarik Leon untuk berteduh di teras rumah warga sekitar yang tampak tertutup rapat.

"Kita berteduh di sini dulu, ya," kata Alden yang diangguki oleh Louis.

Tidak mungkin juga mereka menerobos hujan, tidak ingin membahayakan Alden sama sekali. Louis sedang menepuk bagian pakaiannya yang basah karena tetesan air hujan berhenti ketika mendengar suara Alden.

"Saat saya lahir, setelah itu hujan turun cukup lebat, sedikit membantu kebakaran yang terjadi karena masa pemberontakan. Orang tua Leon juga yang berusaha menyembunyikan Ibu dan saya untuk tetap selamat sampai masa pemberontakan berakhir. Ayah diharuskan untuk melanjutkan menghentikan pemberontak tersebut setelah mendiang raja sebelumnya meninggal dunia, yang saya dengar dari orang tua Leon, Ayah beberapa kali pulang ke rumah Leon untuk melihat keluarganya dan keluarga Leon."

Louis bersandar di dinding batu rumah, melihat tetesan air hujan yang turun dari atap rumah dan jatuh ke permukaan tanah, tidak bisa menduga bagaimana Alden yang masih bayi itu mungkin saja diincar oleh pemberontak, karena dialah yang akan menjadi bagian dari penerus kerajaan.

Mungkin Alden juga telah terbiasa dengan bagaimana suramnya masa pemberontakan yang diisi dengan teriakan tragis dan sebagainya. Oleh karena itu, Alden tumbuh menjadi sosok yang terlihat dingin, dan kaku.

Berbeda dengannya yang harus tinggal di bawah tanah kerajaan sampai tetap aman dengan persediaan makanan yang ada di sana, Louis tidak tahu menahu kondisi yang sebenarnya karena pengasuhnya melarangnya untuk menaiki tangga bawah tanah tersebut sampai waktu yang cukup lama.

Angin hujan yang berembus cukup kuat membuat tetesan air hujan ikut bergerak mengikuti arah anginnya dan termasuk ke dalam teras-teras pemukiman warga.

Louis segera menarik ujung pakaian Alden untuk mendekat kearahnya. Namun, siapa sangka Alden kehilangan keseimbangannya dan mengukungnya ke dinding dengan sebelah tangan kirinya menopang ke dinding sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Louis.

Bibir Louis tercekat dan pandangan matanya berusaha menjauhi sepasang mata Alden yang terus menatap kearahnya.

"Alden ...."

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued

Hellooo, selamat berlibur besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hellooo, selamat berlibur besok

Ini pendek banget sebenarnya.

But hope you enjoy

Sampai ketemu lagi

[1.0] ✔️ Last Soulmate | JoongHwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang