Hai, sesuai dengan janji, ya.
Selamat membaca
Vie de Vereilles, Elysium
Sepasang mata berbentuk kacang almond tersebut mengerjap ketika terbangun, tirai jendela yang terbuka lebar sejak kemarin malam yang membangunkannya dengan memberikannya cahaya mentari yang terasa silau.
Badannya terasa berat ketika Louis berencana untuk bangkit dari posisi berbaringnya. Segera melirik ke belakangnya dan tersenyum tipis ketika menyadari bahwa dia tidak tidur sendirian di bawah selimutnya.
Louis dengan berhati-hati mengubah posisinya untuk menghadap ke arah pelaku yang melingkar di pinggangnya, seingatnya posisinya dan Alden tidur kemarin adalah kepalanya yang bersandar di lengan Alden dan memeluk pinggang suaminya sekaligus merasakan kehangatan dari pelukan Alden yang mengusap punggung halusnya dan tidak lupa dengan mengecup pucuk rambutnya yang kebasahan keringat sepanjang malam.
Bibir tipisnya tersenyum ketika mendapati wajah damai Alden yang terpahat dengan sempurna. Para dewa di atas sana pasti membuatnya dengan hati-hati, dan Louis merasa beruntung bisa terikat dengannya dalam tali pernikahan.
Pandangannya jatuh pada sepasang bibir Alden yang pucat karena dehidrasi. Dengan kilat, Louis mengangkat wajahnya dan mengecup bibir Alden.
Tersentak ketika pelukan di pinggangnya semakin mengerat, menarik Louis untuk semakin lengket padanya.
"Selamat pagi, Louis," kata Alden yang masih memejamkan matanya, tidak melihat sepasang pipi mulus Louis yang mulai merona sehingga Louis membenamkan wajahnya ke dada Alden yang terbalut dengan piyama satin.
Sang putra mahkota akhirnya membuka matanya, dengan jari-jemarinya yang menaik dan mengusap punggung Louis dari luar piyama satin yang dikenakan Louis.
"Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Alden dengan satu tangannya yang lain mengusap helaian rambut yang menggelitiki area dagunya.
"Heum. Nyenyak, padahal sepertinya kita baru tidur empat jam yang lalu." Louis mengangkat kepalanya dan mengerjap kecil ketika bibir tipisnya menjadi sasaran empuk ciuman pagi dari Alden yang menurunkan pandangannya.
"Iya, acaranya selesai sampai tengah malam. Apakah kamu merasakan ada yang sakit di tubuhmu?" tanya Alden dengan gurat khawatir.
Louis semakin menyamakan posisi berbaringnya ketika Alden menepuk punggungnya dengan lembut. "Tidak. Aku baik-baik saja, lagipula, Ibu tidak membiarkanku menyentuh merapikan ruangan pesta. Ibu memintaku untuk beristirahat. Makanya, aku ke kamar," kata Louis yang mengusap pipi Alden.
"Apakah kau lelah, Alden? Kau menemani mereka sampai jam satu pagi," sambungnya yang memeluk leher Alden dengan lembut.
Alden terkekeh dengan tingkah manja suaminya di pagi hari; memikirkan bahwa mungkin ke depannya nanti dia akan mendapatkan hal yang sama, membuat Alden mengecup pucuk kepala Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.0] ✔️ Last Soulmate | JoongHwa
أدب الهواة« LAST SOULMATE #1 STORY » Sang Makhota Pangeran mengalami jatuh cinta. Ini pertama kalinya dan itu dengan sosok yang arogan dan bertingkah kasar. "Alden, waktumu akan habis, bukan? Kamu tidak akan lahir kembali ke dunia ini lagi bukan? Apa tidak...