« LAST SOULMATE #1 STORY »
Sang Makhota Pangeran mengalami jatuh cinta. Ini pertama kalinya dan itu dengan sosok yang arogan dan bertingkah kasar.
"Alden, waktumu akan habis, bukan? Kamu tidak akan lahir kembali ke dunia ini lagi bukan? Apa tidak...
Pangeran Louis tanpa disadari berjalan seorang diri di sepanjang bibir sungai dengan pakaian kerajaannya berwarna merah gelap. Sungai yang sama ketika dia mendapati Darius menatapnya dari jauh. Semilir angin pagi jam sembilan itu menggoyangkan helaian rambutnya yang ditata turun hingga matanya nyaris tertutup.
Putra tunggal mendiang raja sebelumnya itu duduk di atas batu karang yang sama; mengumpulkan banyak bebatuan untuk dilempar terjun ke bawah aliran sungai. Tidak mengingat bahwa kedatangannya kesini pada awalnya hanya untuk mencari bahan makanan untuk sarapan.
"Mereka semua ada di Vie de Vereilles."
"Ibukota Elysium yang sekarang, Vie de Vereilles."
"Kota yang dikenal dengan Forbidden Royale yang sekarang, dulunya disebut dengan Flemwood."
Pikiran Louis mendadak teringat dengan semua kalimat yang dikatakan oleh Darius. Masih terasa baru di ingatannya bagaimana suara rendah itu terdengar sopan dan lembut mengatakan apapun tentang negara kelahirannya.
Dengan matanya yang terlihat hilang kesadarannya melihat ke depan pepohonan seberang sungai yang menjulang tinggi. Tidak diduganya dia akan melamun di sungai tersebut.
Ketika dia melihat ke bentangan langit, tidak diduganya bahwa mentari semakin menaik bahkan nyaris tepat di atasnya menandakan bahwa hari semakin siang. Louis berdecak kesal karena dirinya sendiri dan segera berdiri dari batu karang untuk menjauh.
"Tunggu! Kenapa Anda suka sekali langsung kabur seperti ini?"
Dia seolah bisa mendengar dengan jelas suara Darius yang terburu-buru mengikutinya dari belakang. Namun, setelah dia melihat sekitar, hanya helaian dedaunan dan ranting yang menjadi objek penglihatannya.
Sosok asing yang belakangan ini melihat eksistensinya itu tidak ada di sana, hingga sang pangeran menggeleng kepalanya. Lalu, kembali melanjutkan perjalanan ke kerajaannya. Pangeran Louis menghembuskan napasnya kesal dan duduk di sofa yang terasa lebih hidup daripada sebelumnya.
"Anda duduk. Biar saya yang membersihkannya, Anda harus banyak beristirahat kalau ingin cepat sembuh."
Ya, laki-laki yang dia yakini lebih muda darinya beberapa tahun itu membawanya duduk di kursi yang telah lebih bersih dari sebelumnya. Matanya melihat Darius berlarian di depannya. Kemudian, bayangan Darius yang sedang membersihkan lemari mengabur dan menghilang.
"Hah ...," helanya dan berbaring di sofa panjang. Maniknya yang seakan menampung alam semesta itu melihat ke langit-langit istana yang telah menghitam dan berdebu. Di beberapa sisinya telah berlumut.
Pangeran yang tidak disadari oleh orang-orang itu bergerak menjadi posisi berbaring menyamping melihat punggung sofa. Matanya enggan untuk memejam.
Hingga tidak terasa kalau Louis tertidur di jam tiga pagi. Semuanya hanya karena satu nama yang berada di benaknya hari ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.