🍁 Epilogue II | Dark Crescent

108 14 2
                                    

Hehe, masih ada satu. Sisa di sini.

Semoga kalian sukaaa

Oh, as always, ada notes di paling bawah nanti.

Kuharap kalian membacanya, ya.

March 1554 Middlebrough, Elysium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

March 1554
Middlebrough, Elysium

Enam tahun telah berlalu dan keluarga Julius dan Leon telah bertambah menjadi lima anggota keluarga yang membuat Julius harus bekerja semakin keras dan kebutuhan mereka semakin banyak. Leon menghela napasnya ketika menatap mentari yang semakin lama semakin berada di atas kepalanya sedangkan rumahnya masih sunyi.

Leon menatap ke arah meja makan yang semakin besar untuk menampung mereka menyantap makanan bersama. Julius baru saja membelinya tiga tahun yang lalu, setelah anak-anak mereka semakin tumbuh besar. Sosok anak laki-laki yang berpakaian khas anak-anak yang sedang menjamur di Elysium tengah bermain adonan tepung. Tanpa berpikir panjang, Leon segera memanggilnya.

"Niel sayang, boleh bantu Papa?" 

"Boleh, Papa," ujar anak laki-laki tersebut dengan senyum manis terukir di wajahnya.

Leon berdiri dari depan tungku api yang dipergunakannya. Lalu, menepuk lututnya sendiri, menghampirinya, "Bantu Papa bangunin Kak Will dan Kak Ken, ya? Setelah Ayah pulang dari pasar, kita akan sarapan. Lalu setelah itu kita akan memanen stroberi." 

"Baik, Papa," ujar anak kecil tersebut yang berusaha turun dari kursi yang masih lebih tinggi dari tinggi badannya. Lalu, segera berlari menaiki anak tangga dengan lincah.

Leon hanya tersenyum tipis ketika melihat anak laki-laki yang telah tinggal bersama mereka sejak tiga hari kelahirannya di dunia.

"Niel semakin mirip dengan kalian, temanku. Kalian melihatnya tumbuh, kan?" lirih Louis yang menatap deretan anak tangga kosong yang terbuat dari kayu. Lalu, mengambil adonan tepung yang diaduk oleh anak itu dan melanjutkan pekerjaannya.

"Papa, Kak Will nggak mau mandi," adu suara cempreng yang masih serak dari lantai atas rumah tersebut.

"Ken bohong, Papa. Will mau mandi kok. Ken gosok gigi cepat, nanti Ayah nggak bawa pulang Kue Lemon," balas sosok anak laki-laki yang lebih besar daripada Niel dan satunya lagi berteriak untuk didengar oleh Leon.

Leon terkekeh pelan, tidak berencana untuk menghampiri ketiga anak laki-laki yang sedang merusuh di lantai dua itu. Tangannya dengan cekatan menuangkannya ke dalam loyang dan membakarnya di dalam api.

Tanpa menunggu waktu lama, derap langkah yang tidak beraturan itu menuruni tangga dengan sahutan mereka ketika melihat dua orang dewasa yang sedang di sekitar meja makan.

"Papa, Ayah, selamat pagi."

"Papa cantik, Ayah tampan, selamat pagi!"

"Selamat pagi, Papa dan Ayah."

[1.0] ✔️ Last Soulmate | JoongHwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang