Kabur adalah rencana paling atas untuk menghindari perjodohan ini. Jena sudah menarik uang lumayan banyak dari kartu atmnya untuk persiapan bersembunyi. Nekat pasti, dia sampai tidak membawa sepotong baju pun dan buku dari rumah.
"Bye Nit" ucap Jena
Kami berpisah karena memang arah rumah berbeda. Nita memang taunya Jena akan pulang ke rumah. Keluar gerbang kampus Jena langsung mencari angkot untuk ke terminal. Dia berjalan ke arah pangkalan angkot yang jurusan terminal.
Grep
"Mau pergi ke mana kamu Jeana" suara yang sangat amat dikenali oleh Jena.
"Ayah" Damar sudah memegangi tangan dari Jena.
"Pulang, kamu kira Ayah tidak tau? Kamu salah tentu sangat jelas terlihat karena kamu menarik banyak uang dari kartu" sial Jena lupa kalau kartu yang dia pakai adalah kartu ayahnya. Transaksinya tentu terpantau terus.
"Yah!" tak perduli dengan keadaan sekitar, Jena tetap saja ditarik oleh Damar menuju mobil.
Tenaga Jena memang tidak sebanding dengan Damar, tentu dengan mudah dia dimasukan mobil oleh Ayahnya. Malu tentu sangat malu ditarik ditengah keramaian orang, apalagi saat jam pulang kerja. Dalam mobil pun Damar masih mengeluarkan keluh kesahnya kepada anak gadisnya itu. Jena sendiri hanya bisa menangis dalam diam mendengarkan ucapan Ayahnya.
Sampai di rumah Jena memilih langsung ke kamar, melewati Bundanya yang ada di ruang tamu. Benci sekali karena dirinya terjebak dalam situasi seperti ini. Tidak bisa berbuat apa-apa selain meratapi nasibnya dikemudian hari.
Cklek
"Ini Bunda" Arum mendekat ke arah anaknya yang terduduk di ranjang.
"Menangislah, maaf Bunda tidak bisa berbuat apa-apa" ucap Arum sembari memeluk erat anak bungsunya.
"Jena anak tiri ya Bun?"
"Hush! Kamu anak Bunda dan Ayah, Bunda yang membawa kamu ke mana saja selama 9 bulan 10 hari"
"Mandi dan dandan yang cantik, pakai dress itu ya"
"Bunda ke bawah, tamunya nanti datang setengah tujuh malam"
Dia akhirnya mengikuti ucapan Bundanya, Jena segera mandi dan bersiap. Setidaknya dia tidak membuat malu dirinya sendiri saat nanti harus bertemu tamu dengan keadaan kacau. Apa dia harus menerima perjodohan ini? Katanya kalau wanita menolak lamaran orang itu tidak baik.
Menikah muda bukan rencana Jena dalam beberapa tahun kedepan. Dia masih ingin bersenang-senang tanpa adanya beban tambahan dihidupnya. Tidak merasa terkekang dan free ke mana saja yang dia mau. Waktu berjalan memang begitu cepat sudah satu jam Jena bersiap.
Tok tok tok
"Masuk"
"Jena ini Mas"
"Maaf, kalau bisa Mas gantikan kamu Jen" Algan memeluk adiknya dengan sangat erat.
"Gantikan Mas, Jena enggak mau"
"Masak Jena dapat duda, rugi Massss"
"Mas tidak Gay dek, masih suka wanita"
"Proposi tubuhnya bagus dan gagah Jen. Kamu enggak rugi"
"Takut" rengek Jena
"Aish ayo turun, Mas hanya disuruh menjemput kamu"
Terpaksa Jena beranjak dari kamarnya, dia hanya mengekor di belakang Algan. Wajahnya tertunduk tidak berani menatap ke depan atau sekedar curi-curi pandang. Diremasnya tangan kakaknya itu, dia takut tidak sesuai ekspektasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)
Lãng mạnJena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dijodohin Pa, biar Jena sendiri yang menentukan pria itu. Pria yang menjadi teman hidup Jena" ucap Jena...