19. Day-1 Makrab

32.5K 1.4K 6
                                    

RAMAIKAN KOMENTAR DAN VOTE CH ini ya. Semakin banyak maka semakin cepat juga CH baru dipublish. CH baru akan dipublish kalau sudah memenuhi target.
.

.

.
Paginya agak terburu-buru dia karena harus stand by di kampus itu pukul 06.30 pagi. Itu dikarenakan tempat makrabnya berada di luar kota, yang jaraknya lumayan menempuh sekitar 1 setengah jam. Di daerah pegunungan katanya sampai mereka pun disuruh bawa perlengkapan untuk daerah dingin seperti jaket, kaos kaki dll untuk menghalau dingin.

"Loh Dilan mau nginep sini? Atau diusir Mama karena membuat kesalahan?" tanya Jena kepada sang adik ipar yang tiba-tiba muncul masuk ke dalam rumah, menenteng tas besar seperti orang pindahan.

"Ih sembarangan, siapa juga yang diusir. Mau ikut Mas dan Mbak Jena makrab" ucap Dilan

"Oo, emang kamu enggak sekolah?"

"Skip hehehe, kalau yang ajak Mas Ardi mah enggak dimarahin Mama" enak ya bolos dan malah ikut "liburan", mana diback up lagi.

"Enaknya, liburan tanpa mikir dimarahi sama orang tua. Kalau Mbak Jena udah diceramahi 7 hari 7 malam itu"

"Hahaha enak dong, makanya jadi Dilan" Dilan bersombong diri mengatakan hal itu.

"Hilih iya, udah makan belum? Kalau belum sarapan dulu, nanti mabok perjalanan. Tuh Bi Asih tadi masak capjay kuah" tawar Jena

"Oo ya siap menampung dong" Dilan langsung duduk dan mengambil makanannya sendiri.

"Tak kira kamu minta jemput Lan" ucap Ardi yang bergabung untuk sarapan.

"Mandiri lah, muter-muter nanti Mas kalau di jemput di rumah" ucap Dilan

"Kamu enggak sarapan?" melihat sang istri hanya mengambilkan lauk pauk untuk Ardi saja.

"Udah makan tadi, kan mau berangkat dulu. Ini mau pesan ojol"

"Enggak usah bareng aja sayang, biar irit dan gampang"

"Nanti gimana alesannya Mas? Enggak telat?"

"Halah gampang itu sayang, ini masih jam 6 kurang kok" ucap Ardi setelah melihat jam ditangannya.

"Suamimu itu pembalap profesional Mbak, santai saja" ucap Dilan

Mereka melanjutkan makannya dengan sangat tenang, hanya suara sendok garpu yang beradu. Selesai makan mereka memang langsung berangkat ke kampus, Ardi di kursi pengemudi dan Dilan di sebelahnya. Jena dibelakang tentunya untuk memperkuat alibi saja.

Terlihat teman dan adek tingkatnya sudah berbaris rapi sesuai kelompok makrab mereka. Di sisi jalan dekat lapangan sudah berbaris rapi truk TNI yang akan mereka naiki. Waktunya pengabsenan dan doa bersama sebelum berangkat sudah menjadi kegiatan rutin.

"Pstt, kok Kak Jena bisa turun dari mobil Pak Ardi?" tanya Chacha adik tingkat yang satu kelompok dengannya.

"Oh tadi enggak sengaja ketemu saat di jalan, nawarin untuk bareng ya skuyy aja lah hemat" jawab dengan lancar jaya oleh Jena.

"Wih itu adiknya Pak Ardi ganteng ya Kak, gimana rasa semobil sama cogan"

"Biasa aja wkwk, wes ayo madep ngarep itu Mbak Rahma mulai ngabsen" ucap Jena

"Heh bestie beruntung sekali anda" ucap Nita yang berdiri di samping Jena.

"Anak baik makanya beruntung"

"Tu lihat, Bu Orisa ikut ternyata" ucap Nita sembari menunjuk ke arah jejeran para dosen.

"Kok bisa? Bukannya dosen FSM kenapa bisa ikut makrab anak FKIP" Jena terheran memang sama matematikanya tapi sudah beda fakultas.

DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang