Target 10+ komenan, thanks you. Biar author bersemangat. Spam kuy
..
.
Pulang dari rumah mertuanya Jena kembali ke alam mimpinya. Sebelum itu dia menyiapkan baju kerja Ardi dan tugasnya di tas, takut ketinggalan di rumah nanti. Tidak mau lagi pokoknya berurusan dengan suaminya, kapok jelas iya. Tugas harian biasa aja banyak dan susahnya minta ampun apalagi kalau buat hukuman, tidak terbayangkan lagi deh.
Memasang alarm juga berkali-kali tadi biar dia bangun. Suaminya pamitan berangkat saja Jena hanya membalas deheman, maklum mengantuk parah. Lemburnya tadi sampai jam 2 lebih dan harus bangun lagi untuk beribadah, setelah itu mana berani mau tidur lagi. Membantu mertuanya di dapur tentunya, tau diri juga jadi menantu.
Lumayan Jena bisa menidurkan diri selama dua jam, walau tentu belum cukup menghilangkan kantung matanya. Segera Jena mandi lagi, pantang ke berangkat kampus sebelum mandi. Berhubung ini hari jumat ada aturan yang berlaku bahwa anak FKIP diwajibkan untuk memakai batik.
Tidak memakai batik sesuai jadwal maka tidak bisa mendapat pelayanan di FKIP. Tidak bisa mengikuti kuliah atau pun tes kalau sedang tes. Kaos harus berkerah juga, tidak ada namanya anak FKIP pakai kaos oblong saat kuliah. Di didik menjadi calon guru yang bisa dijadikan contoh untuk murid-muridnya nanti. Celana jeans hitam tidak terlalu ketat dan batik berwarna biru muda.
"Halo?" ucap Jena sembari memoleskan bedak diwajahnya.
"Kamu di rumah?"
"Ini di rumah Mas, tapi nanti setengah 11 mau ke kampus" penelponnya adalah Algan, Kakak dari Jena.
"Mas otw ke sana ada makanan dari Bunda" ucap Algan
"Ok Mas"
PIP
Jena melanjutkan acara make upnya, natural kok tidak menor. Hanya sekedar memakai sunscreen, bedak dan lipbalm saja. Sewajarnya anak gadis, itu juga hanya memakai tipis. Dirasa sudah rata semua baru dia menata apa yang perlu dibawa. Capek kalau harus naik turun tangga terus, sepertinya dia harus meminta dibuatkan lift.
"Jenaaa"panggil Algan dengan al seriosanya, perjalanan 20 menit ternyata cukup singkat.
"Apaa Mas" baru saja sampai ditangga terakhir lantai satu.
"Nih semur daging dan sambal goreng kentang dari Bunda" Algan menunjukan tas yang dibawa.
"Widih, acara apa kok Jena enggak dikabarin Mas?" tanya Jena
"Biasa Arisan Ibu-ibu, sekalian syukuran pernikahan kamu"
"Kok enggak ada klubannya?" Kluban itu rasanya seperti urap cuma ada sayuran yang disajikan mentah tidak direbus.
"Bikin dikit tadi dan cuma buat acara" Jena menaruh makanan di dapur dan langsung dipindah ke piring. Malangnya nasibmu Jena, olahan sayuran favoritmu habis.
"Ya sudah, ayo anter ke kampus" Jena menarik Algan.
Jarang-jarang dia diantar oleh kakaknya itu, super sibuk pasti. Selalu shiftnya pagi kalau seorang apoteker yang dia tau, berangkat pagi pulang sore. Liburnya hanya hari tertentu saja atau kakaknya yang ingin meliburkan diri. Jarak rumah Ardi ke kampus sekitar 10 menit tidak jauh bukan.
Fyi Fakultas Jena ada dikampus utama tapi ada di bagian belakang, sekalian saja dia menyuruh kakaknya untuk masuk ke area kampus. Mager berjalan itu yang lagi dirasakan olehnya, sekali-kali tidak masalah. Bisa berkeringat sebelum kelas suaminya ini kalau jalan dicuaca yang terik.
"Jen, bojomu kui koro sopo?" tunjuk Algan ke arah mobil berwarna putih susu di depan FKIP.
"HAH?!" dia melihat Ardi keluar dari mobilnya bersama seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)
Roman d'amourJena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dijodohin Pa, biar Jena sendiri yang menentukan pria itu. Pria yang menjadi teman hidup Jena" ucap Jena...