12. Paksu Cenayang

42.4K 1.8K 27
                                    

Ramaikan komentar dan vote CH ini ya. Semakin banyak maka semakin cepat juga CH baru dipublish. CH baru akan dipublish kalau sudah memenuhi target.

.

.

.
"ASTAGHFIRULLAH!! ARDI JENA" teriak seseorang, seseorang yang datang itu adalah Retno mertua dari Jena. Tidak sendiri ada Dina di belakangnya yang tidak kalah shock dengan pemandangan di depannya.

Mendengar teriakan khas mertuannya membuat Jena refleks mendorong tubuh Ardi. Melepaskan tautan bibir mereka dan segera bangkit duduk. Dia tergesa membenarkan penampilannya yang acak-acakan. Sang suami pun sama merapikan baju yang sempat diremas Jena tidak cuma itu wajah tampannya berubah menjadi masam.

"KAMU ITU LO DI!! WES TUO KOK RA RETI TEMPAT" Retno menghampiri sang anak dengan mengeluarkan omelan khasnya.

"RUMAH BESAR, KAMAR BANYAK MASAK YO PILIH DI RUANG TAMU!! MANA PINTU TERBUKA GITU!! ENGGAK MALU APA KALAU ADA TETANGGAMU YANG LIAT!! PERCUMA PUNYA RUMAH BESAR ARDI!"

"Sakit Maa"

Ardi mengaduh akibat dilempar bantal oleh Ibunya. Dina hanya tertawa melihat kakaknya kena omel, tontonan yang sangat seru bukan. Jena sendiri yang takut memilih untuk menundukan kepalanya dan mendengarkan ceramah mertuanya.

"DITAHAN SEBENTAR KAN YO BISA TO!! CARI KAMAR TERDEKAT, ASTAGA NAGA YA ALLAH GUSTI" Retno memijit pelipisnya.

"Sabar Ma. Mas Ardi kan lagi buka setelah hampir 4 tahun puasa. Masih pengantin baru maklum kalau lagi giat-giatnya" ucap Dina menenangkan sang Ibu.

"Jena sayang lihat Mama" perintah Retno

Dia enggan untuk melihat wajah mertuanya, masih memilih untuk menunduk menyembunyikan wajahnya. Tentu saja sangat malu, dia seperti orang yang tertangkap razia. Walau sudah halal kalau tercyduk tetap saja seperti tersangka.

"Kenapa to Nak, tatap Mama" tangan Retno mengangkat dagu Jena.

Wajah mereka sudah sejajar, senyum mengembang terlukis di bibir Ibu mertuanya. Entah tersenyum karena apa tapi yang jelas membuat Jena risih. Senyuman penuh arti lebih tepatnya, entah apa yang dipikirkan.

"Lain kali kalau mau begitu lihat tempat ya Nak, tolak saja kalau Ardi mengajak di tempat aneh-aneh" ucap Retno

"Yo endak bisa gitu Ma" Jena masih diam, Ardi lah yang menanggapi.

"Mama sama Dina kenapa datang enggak mengabari dulu? Ganggu tau" wajah sebal Ardi memang sangat terlihat.

Bagaimana tidak sebal kegiatan menyenangkannya diganggu oleh orang. Jena malah bersyukur atas datangnya Mama dan Dina, sebenarnya dia belum siap walau sebenarnya harus siap tak siap. Serangan sang suami terlalu mendadak baginya.

PLAK
Tangan kekar sang suami menjadi sasaran empuk untuk Retno memukul.

"Kok Ardi dipukul, memang benar kan mengganggu. Projek cucu Mama terpending deh"

Sontak Jena menoleh saat mendengarkan omongan Ardi. Cucu? Astaga sampai lupa kalau menikah itu juga akan menghasilkan anak. Belum siap tentu, umurnya masih 20 tahun untuk menggendong anak. Masih banyak keinginan yang belum tercapai juga dari Jena.

"Ya maaf, bikin cucu Mama bisa lain kali. Mama ke sini mau mengajak Jena ke mall"

"Sayang sana siap-siap" perintah Retno

"Iya Ma, sebentar ya Jena akan cepat"

Langsung Jena menuruti perintah, buru-buru dia naik ke kamar untuk mandi dan bersiap. Biasanya mandi 15 menit sekarang hanya 5 menit saja, tidak mau membuat mertuanya menunggu lama. Waktunya memang sudah terpotong oleh ceramah tadi.

DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang