10. Klarifikasi

40.9K 1.9K 26
                                    

Target 10+ komenan, thanks you. Biar author bersemangat. Spam kuy

Author publish CH baru karena untuk merayakan 1k readers DDIS 🥳🥳🥳. Selamat membaca
.

.

.
Langsung Jena menyodorkan air ke sang suami, dia tidak ingin menjadi janda cuma perkara tersedak. Masih muda gini udah jadi janda kan kurang cocok menurut Jena. Walau pasti bakal dapat warisan tapi enggak begitu juga.

"Pak Ardi kenapa? Jena cuma tanya loh kok sampai tersedak gitu" dumal Jena

"Atau wanita itu pasti pacarnya Pak Ardi ya?" Jena asal menebak saja.

Uhuk-uhuk
Ardi tersedak air minumnya lagi gara-gara pertanyaan dari Jena.

"Ngawur! Sembarangan, saya tidak punya pacar" semprot Ardi

"Punyanya istri namanya Jeana Kanaya Wijaya, mahasiswa tahun ketiga Progdi Pendidikan Matematika"

"Jeana itu mahasiswa dari Bapak Arditya Rama Wijaya" tambah Jena karena informasi dirasa kurang lengkap.

"La terus siapa kalau bukan pacar?" tanya Jena

"Cemburu kamu?" Ardi malah bertanya balik ke Jena.

"Ee enggak Pak, tapi Mas Algan juga lihat pasti nanti malam bakal tanya" Jena agak gelagapan dituduh cemburu.

"Bukan enggak tapi belum Jena, nanti kalau kamu sudah jadi bucin pasti cemburuan"

"Mas suka loh kalau kamu cemburuan gini" Ardi menggoda Jena dengan kata "Mas".

"Kok Bapak PD sekali yang ada Pak Ardi yang bucin sama saya, jadi wanita itu siapa?" dia pantang menyerah sebelum dijawab.

"Namanya Orisa"

"Oriza sativa bukan? Padi dong"

"Dia teman SMA saya waktu itu, tidak baik begitu Jena" Ardi memperingati Jena untuk tidak memplesetkan nama orang.

"Kami dari acara seminar, dia juga dosen baru di Fakultas Sains dan Matematika. Jadi jangan salah paham kamu, hanya sekedar bareng. Kebetulan kami lama tidak bertemu"

"Oh begitu" melanjutkan makannya yang agak tertunda.

Jena menerima jawaban dari Ardi, raut muka suaminya itu tidak ada yang mencurigakan. Jawabnya saja santai tidak lama berpikir juga, langsung menjawab apa yang ditanyakan. Astaga sepertinya mulai muncul tanda-tanda menjadi istri posesif.

"Jen nanti tolong pijitin saya ya, sepertinya gara-gara bergadang semalam dan kegiatan hari ini" perintah Ardi

"Baik Tuan, nanti dipijat. Saya mau membereskan meja dulu" ucap Jena

Tidak bisa menolak dia selalu menuruti permintaan Ardi. Walau sebenarnya Jena tidak pandai soal pijat memijat, lihat nanti saja lah. Sudah diwanti-wanti juga oleh sang Bunda ratu jangan pernah menolak permintaan suami.

"Sak karepmu lah Jen mau panggil apa" Ardi meninggalkan Jena di dapur.

Panggilan Tuan dipakai Jena untuk sekedar bercanda dan untungnya suaminya paham. Sebenarnya Ardi tidak semenyeramkan itu, kalau di rumah biasa saja kalau tidak disenggol. Suaminya itu juga tidak akan menggoda kalau tidak dipancing. Menyeramkan saat ada di kampus, bukan lagi pasutri tapi dosen dan mahasiswa. Kadang Jena saja yang terlalu iseng, maklum baru mentas masa remaja dan welcome to kehidupan dewasa.

"Mau dipijat apanya Pak?"

"Punggung Jen" Ardi berjalan ke ranjang sembari menyopot kaosnya.

"Loh kok pake acara menyopot kaos segala bestie??" pekik Jena dalam hati.

DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang